Gelandang Menyerang

Membelah Posisi <I>Midfielder</I> (Bagian 2)

Gelandang Menyerang

- Sepakbola
Senin, 26 Jan 2015 12:37 WIB
Foto-foto: Getty Images
Jakarta -

[Lanjutan dari bagian 1: Gelandang Bertahan]


Seorang playmaker biasa direferensikan sebagai “si nomor 10”. Nomor 10 adalah pemain menyerang yang mengontrol aliran serangan dan mengintip celah untuk menciptakan kesempatan dan mencetak gol, baik bagi dirinya maupun orang lain (tidak harus penyerang).

Jika memikirkan nomor 10, siapa yang paling pertama muncul di benak Anda? Lionel Messi? Mesut Oezil? Wayne Rooney? Wesley Sneijder? Tentu saja mustahil mengabaikan pemilik No. 10 paling legendaris: Diego Armando Maradona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimanapun, pemain-pemain di atas memiliki karakteristik yang bervariasi. Sneijder bisa dibilang sebagai second striker, jumlah golnya lebih banyak daripada assist-nya. Oezil lebih sering melebar untuk melepaskan diri dari penjagaan dan mengais ruang untuk menciptakan assist. Sementara Messi lebih direct, ahli dribel, dan menciptakan baik gol maupun assist dari permainannya.

Satu persamaan yang bisa kita nilai tentunya adalah bahwa nomor 10 lebih fokus pada menyerang, sehingga playmaker tidak memiliki definisi yang tetap, karena nilai mereka sangat tergantung berdasarkan bagaimana kita memandang dan menganalisa penyerangan tim tersebut.

Namun, yang menjadi kunci dalam membagi jenis-jenis playmaker ada pada kebebasan mereka. Baik Rooney dan Pirlo, misalnya, adalah playmaker. Tapi mungkin Rooney akan lebih banyak bergerak daripada Pirlo. Jadi kita memang perlu melihat dengan perspektif yang luas untuk membagi jenis playmaker.

Dalam pengertian kontemporer, playmaker kerap juga dilekatkan pada pemain yang paling banyak menentukan arah serangan. Dari mana datangnya serangan dimulai, dialah playmaker yang riil di atas lapangan. Bahkan kendati dia seorang fullback kiri sekalipun.

Per definisi, playmaker akhirnya tidak lagi dipatok semata ke dalam posisi tertentu. Dia merujuk sebuah peran: pemain yang paling menentukan dimulainya serangan dan/atau paling menentukan arah serangan.


[Pembagian jenis gelandang menyerang (pemain nomor 10)]

Gelandang kait

Seperti namanya, gelandang kait bagaikan sebuah kait yang beroperasi antara lini tengah dan lini depan. Istilah ini berasal dari “el ganche” yang merupakan istilah Spanyol untuk “kait” atau “hook”. Orang Italia biasanya lebih sering membagi el ganche kepada regista (seperti yang telah dijelaskan di atas) dan trequartista.

Untuk menyederhanakannya, gelandang kait adalah bentuk yang lebih defensif daripada trequartista, namun sebenarnya tidak bertipikal defensif pula. Tipe ini ada di antara si nomor 8 dan 10, sementara trequartista lebih mencerminkan nomor 10.

Pemain tipe ini memiliki pendekatan playmaking (dari kata “playmaker” tentunya, “si pencipta permainan”) yang lebih mengontrol pertandingan (daripada menyelesaikan – seperti trequartista). Gelandang kait berada pada posisi yang lebih ke dalam, bergerak perlahan ke depan dan mencari celah untuk melakukan operan kepada rekannya sesering mungkin.

Kemampuannya ini akan didukung statistik kesuksesan operannya yang mencapai sasaran (biasanya lebih dari 80%) dan beberapa di antaranya akan menjadi assist. Sang kait adalah seorang pelayan di lini tengah.

Zinedine Zidane adalah contoh terbaik dari el ganche.

Trequartista

Pemain tipe ini adalah pemain yang terobsesi pada penguasaan bola dan mendikte tempo. Trequartsta adalah turunan pertama dari playmaker. Tipe ini biasa muncul ketika tim memainkan pola dengan akhiran 1-n (n = angka jumlah penyerang), seperti 4-2-1-3, 4-3-1-2, dll.

Toni Kroos, Oscar, dan Aaron Ramsey bisa dibilang trequartista sepakbola kontemporer. Trequartista sendiri adalah istilah dari Italia yang berarti tiga perempat. Artinya pemain ini lebih beroperasi pada seperempat akhir lapangan atau wilayah pertahanan lawan.

Umumnya, trequartista lebih bertipikal tajam daripada gelandang kait yang lebih mengontrol. Pemain ini beroperasi di belakang striker (bisa lebih dari satu) dan selalu siap meluncurkan operan tajam. Yang dibutuhkan mereka “hanyalah” kemampuan mengontrol, mengoper, serta otak yang cepat tanggap dan juga kreatif.

Pada sepakbola modern saat ini, trequartista biasa juga dituntut untuk memiliki kemampuan dribel yang baik.

Fantasisti

Menjadi trequartista saja sudah sulit, hanya sedikit pemain yang dikategorikan sebagai trequartista. Namun, ternyata masih ada yang lebih sulit daripada trequartista, posisi tersebut adalah fantasisti.

Fantastisti adalah turunan dari trequartista yang memiliki kebebasan peran yang lebih besar. Ia adalah pemain penuh imajinasi dan fantasi, sesuai dengan namanya. Fantastisti adalah seorang artis.

Tidak banyak contoh fantasisti di luar sana, sampai-sampai istilah ini bisa saja punah. Satu-satunya fantasisti sempurna saat ini adalah Francesco Totti. Tentu saja tak terlupakan nama Juan Roman Riquelme.

False 10

Jangan sampai tertukar antara “false 10” dengan “false 9”. Alih-alih palsu (dari kata “false”), namun pemain ini memang seharusnya bermain di posisi nomor 10, tetapi justru terlihat lebih sering tidak. Pemain ini biasa langsung mengancam mengarah ke tujuan dari posisi yang lebih dalam.

False 10 adalah sebutan lain untuk adaptasi dari playmaker klasik. Ia juga sering disebut sebagai false attacking midfielder, finto trequartista (istilah dari Bahasa Italia), atau central winger. Ia berada antara fantasisti dan gelandang penetratif (penetrative regista).

Contoh seorang false 10 bisa kita temukan pada diri Sneijder dan juga Shinji Kagawa di Borussia Dortmund sebelum ia pindah ke Manchester United.

Mereka adalah pemain yang cerdas dalam mengambil posisi. Tantangan terbesar bagi playmaker saat ini adalah pada peran bertahan mereka. False 10 hanyut ke wilayah yang luas, di mana ironisnya mereka akan canggung untuk naik atau turun (terutama saat bertahan).

Peran false 10 akan sangat jarang diturunkan karena terlalu berisiko dalam keseimbangan tim.

Box-to-box midfielder

Box-to-box midfielder sebenarnya muncul dari konflik dialektis antara dua gaya sepakbola. Dalam respons permainan tiki-taka Barcelona misalnya, tim-tim dengan gaya bermain yang lebih energik harus menekankan kreativitas untuk tingkat yang lebih besar.

Di Afrika, Kwadwo Asamoah, Yaya Toure, Mohammed Diame, dan Seydou Keita bisa dibilang merupakan tipe pemain ini. Gaya mereka didasarkan pada kombinasi energi dari kotak penalti (sendiri) ke kotak penalti (lawan) dengan keinginan untuk menjaga penguasaan bola dan posisi sebagai tuntutan dari permainan.

Inggris, Jerman, dan tim-tim di Benua Afrika semuanya memiliki semacam tradisi 4-4-2. Terutama di Jerman, ada Lothar Matthaeus, Franz Beckenbauer, dan Michael Ballack yang benar-benar merupakan pemain dengan atribut box-to-box midfielder.

Dampak dari pemain ini paling terlihat di Inggris, Yaya Toure adalah contoh abadi yang dibuat khusus untuk bermain, mengontrol, bertahan, dan berkreasi di seluruh pelosok lapangan.

Box-to-box midfielder adalah bentuk paling lengkap daripada nomor 6, 8, dan 10. Kemampuan mereka merata (bahkan mungkin tidak spesial dalam satu aspek) yang membuat mereka sebagai pemain “utilitas” pada “arsitektur bangunan” permainan sepakbola.



Persinggungan antara nomor 10 dan 9

Dalam aplikasinya di lapangan dan dengan semakin modernnya permainan sepakbola, kadang terdapat gelandang yang juga berperan sebagai penyerang. Tipe seperti ini memang tidak bisa benar-benar disebut sebagai penyerang (si nomor 9), sehingga muncul istilah second striker.

Sementara second striker pada saat ini sudah diturunkan kembali menjadi tipe yang sudah umum kita dengar, false 9. Sederhananya, false 9 adalah bentuk penyempurnaan dari attacking midfielder yang benar-benar bertugas untuk menyerang.

Persinggungan antara gelandang (nomor 10) dan penyerang (nomor 9) ini ada pada dimensi pembahasan yang berbeda dari yang kita bahas sekarang ini. Mereka lebih sering didekatkan pada posisi menyerang. Untuk lebih memahami false 9, bisa Anda simak pada tulisan berikut ini: False 9 sebagai Pilihan Taktikal.

Betapa pusingnya mungkin kita menyimak pembagian gelandang di atas, seolah menunjukkan kepada kita bahwa sepakbola itu tidak sesederhana cuap-cuap “Benar, Bung” para komentator di televisi maupun penulis di media cetak dan media sosial.

Jangan heran, karena gelandang adalah pemain yang biasanya melakukan perjalanan dengan jarak terjauh selama pertandingan. Mau tidak mau, mereka semua adalah para pekerja keras.


====

* Akun twitter penulis: @dexglenniza dari @panditfootball


Baca juga:
Membelah Posisi Midfielder (Bagian 1): Gelandang Bertahan

(a2s/a2s)

Hide Ads