Sejak diambil alih Qatar Investment Authority (QIA) pada 2011, PSG memang kerap belanja besar setiap musim panas. Di tahun pertama Qatar menguasai, PSG seperti dikutip Transfermarkt mengeluarkan total 96,39 juta pound sterling atau sekitar Rp 1,8 T.
Setahun berselang, ada total 134,95 juta pound dikeluarkan PSG lalu berturut-turut di angka 122,31 juta pound di 2013, 44,5 juta pound di 2014, 104,49 juta pound di 2015, 124,65 jua pound di 2016, dan paling besar tentu di musim panas lalu yakni 214,2 juta pound saat mendatangkan Neymar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, harapan masih jauh dari kenyataan. Meski rutin lolos ke kompetisi itu sedari 2012, pencapaian PSG selalu mentok di perempatfinal. Itu terjadi selama empat tahun beruntun hingga 2016, sebelum mentok di babak 16 besar dalam dua musim terakhir.
Ini termasuk saat disingkirkan Real Madrid di babak 16 besar musim ini. Kalah 1-3 dari Madrid di leg pertama, PSG yang bermain di kandang juga tak mampu membalikkan keadaan.
Baca juga: Tundukkan PSG 2-1, Madrid ke Perempatfinal |
PSG malah kalah lagi dengan skor 1-2 dan kehilangan Marco Verratti yang mendapat kartu merah. Makin ironis adalah ketika pemain termahalnya, Neymar, absen di laga ini karena cedera metatarsal yang membuatnya absen hingga akhir musim.
Nyatanya belanja besar tak menjamin kesuksesan sebuah tim dan nama besar serta pengalaman yang jadi faktor penting di kompetisi seperti Liga Champions. Madrid sudah menunjukkan itu ketika mereka compang-camping di kompetisi lokal dan tampil luar biasa di Eropa.
PSG sepertinya masih harus banyak belajar dulu sebelum merealisasikan mimpinya menaklukkan Eropa. Coba lagi ya, PSG.
Baca juga: 'Belum Saatnya PSG Juara Liga Champions' |
(mrp/din)