Gagal Melulu di Liga Champions, Guardiola Dicap Egosentris

Gagal Melulu di Liga Champions, Guardiola Dicap Egosentris

Okdwitya Karina Sari - Sepakbola
Kamis, 03 Sep 2020 17:00 WIB
WATFORD, ENGLAND - JULY 21: Pep Guardiola, Manager of Manchester City looks on from the bench prior to the Premier League match between Watford FC and Manchester City at Vicarage Road on July 21, 2020 in Watford, England. Football Stadiums around Europe remain empty due to the Coronavirus Pandemic as Government social distancing laws prohibit fans inside venues resulting in all fixtures being played behind closed doors. (Photo by Adrian Dennis/Pool via Getty Images)
Atas kegagalannya di Liga Champions belakangan ini, Pep Guardiola dicap egosentris. (Foto: Getty Images/Pool)
Munich -

Sudah lama sejak terakhir kali Pep Guardiola memenangi Liga Champions. Legenda sepakbola Jerman Lothar Matthaeus mengkritik keras Guardiola atas kegagalan itu.

Di sepanjang kariernya, Guardiola sudah menjuarai dua gelar Liga Champions yang semuanya direbut bersama Barcelona. Namun, sejak terakhir juara pada 2011 manajer Catalonia itu bahkan belum bisa mencapai final bersama Bayern Munich dan Manchester City.

Guardiola selalu hanya melaju sampai semifiinal saat menangani Bayern selama tiga musim. Hasil lebih buruk justru didapat Pep Guardiola bersama klubnya yang sekarang, Man City, di mana mereka paling pol di perempatfinal. Termasuk pada musim 2019/20 saat the Citizens secara mengejutkan disingkirkan Olympique Lyon 1-3.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khusus hasil terakhir City di Liga Champions, Guardiola dihujani kritik. Pasalnya, pelatih berusia 49 tahun itu melakukan perubahan sistem, yang pada akhirnya gagal.

Lothar Matthaeus mengatakan, Guardiola pantas disorot karena rekor buruknya di Liga Champions belakangan ini. Matthaeus bahkan tidak ragu menyebut Guardiola "egosentris".

ADVERTISEMENT

"Dengan Pep Guardiola saya rasa dia selalu ingin melakukan sesuatu yang istimewa di pertandingan-pertandingan penting," kata Matthaeus kepada Sport Bild, yang dikutip Mirror.

"Barcelona punya sebuah DNA, sebuah sistem yang sukses. Pep meraih kesuksesan di sana. Dengan Bayern dan City, dia mencobanya lagi dan lagi dengan perubahan-perubahan dan gagal lagi dan lagi."

"Dia selalu ingin menunjukkan bahwa dia bahkan bisa melakukan yang lebih baik. Saya ingin mengatakan kepada dia: Pep, Anda itu seorang pelatih di klub raksasa - tapi tolonglah pertahankan sistem Anda!" mantan pemain top Bayern itu.

"Saya akan menggambarkannya sebagai egosentris. Ya, itu memang adalah sebuah kata yang keras, tapi pantas atas apa yang sudah dia lakukan. Di Bayern, Robert Lewandowski bahkan pernah dimainkan di sayap kiri. Itu sama sekali tidak berhasil," sembur Lothar Matthaeus pada Pep Guardiola.




(rin/aff)

Hide Ads