Sebastian Coltescu dituding sebagai 'wasit rasis' di laga Paris Saint-Germain vs Istanbul Basaksehir. Terbaru, dia dilaporkan turut menjadi korban rasisme.
Coltescu bertindak sebagai ofisial keempat di matchday terakhir Grup H Liga Champions antara PSG vs Istanbul Basaksehir di Parc des Princes, Rabu (9/12/2020). Pada menit ke-14, dia terlibat percekcokan dengan Pierre Webo, asisten pelatih tim tamu.
Coltescu diklaim telah menghina Webo dengan ucapan bernada rasial 'Negru' atau Negro. Aksi pria Rumania itu membuat emosi para pemain Istanbul Basaksehir, terutama Demba Ba yang sama-sama berkulit hitam seperti Webo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perselisihan Coltescu dengan Webo-Ba membuat para pemain Istanbul Basaksehir memutuskan mogok dan tak mau melanjutkan pertandingan. Keputusan klub asal Turki itu disusul pula oleh PSG, hingga laga diputuskan ditunda keesokan harinya.
Melansir Football France, ada kejadian yang disebut-sebut memicu Coltescu mengucapkan kata-kata yang merujuk pada warna kulit Webo. Pria yang sudah menjadi wasit FIFA sejak 2006 itu dilaporkan mendapat serangan rasisme dari kubu Istanbul Basaksehir, tepat sebelum terjadinya insiden di menit ke-14.
Beberapa anggota pelatih dan pemain Istanbul Basaksehir dikabarkan menyebut Coltescu dengan sebutan 'Gipsi'. Kata tersebut dianggap berkonotasi negatif terhadap kelompok etnis Roma yang menjadi minoritas terbesar di Rumania.
"Di negara saya, orang Rumania disebut gipsi. Namun, saya tak boleh mengatakan gipsi," begitu ucap salah satu anggota tim Istanbul Basaksehir kepada Coltescu, dikutip dari Football France.
Gipsi atau etnis Roma yang dimaksud bukan mengacu kepada masyarakat Romawi di Italia. Mereka adalah kelompok imigran dari India yang sudah ada di Eropa sejak abad ke-8 dan ke-9.
Kelompok Gipsi memiliki tradisi berbeda dengan orang-orang Eropa. Mereka hidup nomaden dan suka berpindah-pindah dari satu wilayah ke tempat yang lain, serta memiliki gaya busana nyentrik dan dianggap ahli nujum.
![]() |
Gaya hidup dan asal usulnya yang berbeda membuat etnis Roma kerap menjadi sasaran diskriminasi bangsa Eropa. Prasangka buruk dan rasisme kepada kelompok Gipsi dikenal sebagai antiziganisme.
Tidak hanya menjadi sasaran rasisme, etnis Roma juga memiliki sejarah kelam selama Perang Dunia II. Kelompok Gipsi, bersama dengan kaum kulit hitam dan bangsa Yahudi, masuk ke dalam golongan yang dibantai rezim fasis Nazi Jerman lewat program genosida Holocaust.
Dalam pandangan Nazi, etnis Roma, kaum Yahudi, serta orang kulit hitam dianggap sebagai Untermenschen alias kelompok bangsa rendah yang mengancam kemurnian ras Arya yang superior (Uebermenschen). Total 220 ribu jiwa orang Gipsi di Eropa tewas akibat Holocaust.
(bay/yna)