Paris Saint-Germain vs Manchester City akan dibumbui bara panas konflik politik Qatar dengan Uni Emirates Arab. Kemenangan di laga ini akan bermakna banyak hal.
Semifinal Liga Champions akan kembali bergulir mulai pekan ini. Salah satu duel yang tersaji adalah PSG vs Man Ciy.
PSG tengah pekan ini bakal menjamu The Citizens lebih dulu di Parc des Princes pada leg pertama Kamis (29/4) dini hari WIB. Sepekan berselang giliran PSG bertandang ke Etihad Stadium di leg kedua, Rabu (5/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warganet di media sosial ramai menjuluki duel ini sebagai El Cashico hingga Abu Derby. Ini merujuk karena kedua tim bertransformasi menjadi bertabur bintang berkat sokongan uang dari negeri di Timur Tengah.
Man City menjelma menjadi kekuatan di Premier League usai diakusisi oleh Abu Dhabi Grup pada 2008. Abu Dhabi Grup merupakan perusahaan yang berasal dari Uni Emirates Arab (UEA).
![]() |
Sementara, PSG bisa mendatangkan nama-nama besar macam Neymar, Kylian Mbappe, Zlatan Ibrahimovic hingga Thiago Silva berkat investasi dari Qatar Sports Investment. Yang sudah tampak dari namanya berasal dari Qatar.
Hal ini secara tidak langsung membuat Manchester City seakan representasi dari Uni Emirates Arab sedangkan Paris Saint-Germain representasi dari Qatar. Duel PSG Vs Man City akan berbalut konflik politik karena Qatar dan UEA punya hubungan yang tak cukup baik.
Bara Konflik Timur Tengah Berpindah ke Lapangan Hijau
Qatar sempat menjadi musuh beberapa negara-negara Timur Tengah usai dituduh mendukung kelompok militan Islam dan menjaga hubungan dengan Iran. UEA bersama Arab Saudi, Mesir dan Bahrain kemudian memblokade Qatar dengan memutus hubungan secara diplomatik maupun komersial akibat hal di atas pada 2017.
Blokade ini memang sudah dicabut pada November 2020. Namun, hubungan Qatar dengan UAE diyakini tetap tegang. Padahal, langkah pemulihan hubungan Qatar dengan Arab Saudi dengan Mesir berjalan dengan baik.
Situasi ini tak lepas dari Qatar dan UEA masih bertikai soal politik Libya, hubungan dengan Israel dan masalah Ikhwanul Muslimin (kelompok separatis di Mesir). Bara konflik antara Qatar dan UEA tersebut kini bakal berpindah ke lapangan hijau.
Keputusan kedua negara mengakusisi PSG dan Man City ini juga dinilai bagian dari langkah politik untuk membangun dukungan. Qatar dan UEA dianggap melakukan upaya sportwashing.
Sportwashing merupakan pembangun citra politik lewat olahraga. Ini dilakukan untuk memunculkan citra baru atau menutupi citra buruk dari sebuah negara.
Profesor Olahraga EM Lyon University, Simon Chadwick, menyebut banyak hal yang dipertaruhkan dalam laga PSG vs Man City nanti. Hasil di laga ini jelas bakal berpengaruh kepada reputasi kedua negara.
"Secara finansial, kedua negara telah menginvestasikan banyak uang ke klub mereka sehingga mencapai final Liga Champions. Ini akan dilihat sebagai bentuk keberhasilan dari investasi," ujar Chadwick dikutip dari RFI.
"Pada saat yang sama, akan ada citra dan reputasi yang dikaitkan dengan kemenangan. Tentu saja hubungan diplomatis antar negara Timur Tengah tetap ada.
"Konflik memang sedikit mereda. Namun, persaingan untuk menjadi negara sepak bola yang terkenal di Timur Tengah tetap ada," jelasnya.
Latar belakang ini membuat duel El Cashico nanti kemungkinan besar bakal panas. Siapa yang nantinya bakal berjaya: Qatar dengan Paris Saint-Germain atau UEA dengan Manchester City.