Manchester City turun dengan susunan starter yang berbeda kala melawan Chelsea di final Liga Champions. Utak-atik yang berujung burik untuk Citizens.
Manchester City menelan kekalahan 0-1 dari Chelsea di Estadio Do Dragao, Porto, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB pada final Liga Champions. Gol tunggal Kai Havertz mengandaskan mimpi Man City memenangi trofi Liga Champions pertama mereka.
Meski dominan dalam penguasaan bola, Manchester City kesulitan menembus Chelsea. Hanya satu peluang on target yang dicatatkan anak asuh Pep Guardiola sepanjang 90 menit.
Baca juga: Lelah Chelsea Terbayar Lunas |
Terkait penampilan Man City, Guardiola disoroti karena mengubah pola. Ia memainkan Ilkay Guendogan sebagai jangkar, sesuatu yang jarang ia terapkan musim ini.
Transfermarkt mencatat, hanya sekali Guardiola memainkan Guendogan sebagai jangkar di musim ini, yakni kala Man City menang 3-1 atas Chelsea yang masih ditangani Frank Lampard. Sisanya, ia selalu mempercayakan tugas itu ke Rodri atau Fernandinho.
Tapi kali ini hasilnya berbeda, Manchester City kembali menelan kekalahan. Ini adalah kekalahan ketiga Man City dari tiga pertemuan kontra Chelsea-nya Thomas Tuchel.
Mantan bek Manchester United dan tim nasional Inggris, Rio Ferdinand, menilai Guardiola terlalu berani mengutak-atik. Lebih buruk lagi, perubahan yang dilakukannya tak berbuah positif.
"Saya rasa dia akan dituding terlalu banyak utak-atik, karena dia mengubah cara dia bermain sepanjang musim. Dia sudah selalu punya Rodri atau Fernandinho di sana (tengah), tapi dia mengubahnya," ujar Ferdinand dikutip BBC.
"Kita tahu secara taktik, dia gemar utak-atik, dia mungkin melihat sebuah kelemahan di sana, tapi Thomas Tuchel meredam ancaman apapun. Kita lihat Riyad Mahrez dan Raheem Sterling bermain sangat melebar, mereka belum benar-benar melakukannya musim ini dan mungkin itu yang salah dari City," sambungnya.
Pep Guardiola melontarkan pembelaan terkait taktiknya malam tadi. Ia menyebut keputusannya memainkan Guendogan di posisi tersebut adalah hasil pemikiran matang, agar Man City lebih cepat dan lebih banyak melakukan tusukan-tusukan antarlini.
(raw/aff)