Jorginho, si Korban Eksploitasi Agen Bola yang Taklukan Eropa

Jorginho, si Korban Eksploitasi Agen Bola yang Taklukan Eropa

Randy Prasatya - Sepakbola
Jumat, 27 Agu 2021 13:10 WIB
LONDON, ENGLAND - AUGUST 22: Jorginho of Chelsea in action during the Premier League match between Arsenal  and  Chelsea at Emirates Stadium on August 22, 2021 in London, England. (Photo by Michael Regan/Getty Images)
Jorginho kini menjadi pemain nomor satu di Eropa. (Foto: Getty Images/Michael Regan)
London -

Perjalanan Jorginho untuk menjadi pesepakbola terbaik di Eropa tak mudah. Dia dulu sempat menjadi korban eksploitasi agen.

Jorginho dinobatkan sebagai pemain terbaik UEFA 2020/2021. Keputusan itu diumumkan di Istanbul, Jumat (27/8/2021) dini hari WIB, setelah drawing fase grup Liga Champions selesai digelar.

Gelandang milik Chelsea itu memperoleh nilai 175, unggul 8 poin dari De Bruyne di posisi kedua. Kante selaku rekan Jorginho di Stamford Bridge di posisi ketiga dengan 160 poin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jorginho memang layak mendapatkan penghargaan ini. Dia sudah sukses membantu Chelsea menjadi juara Liga Champions dan mengantarkan Timnas Italia menjadi kampiun Euro 2020 pada bulan lalu.

"Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan momen ini. Sulit dipercaya. Saya sudah bekerja sangat keras untuk sampai ke sini. Rasanya luar biasa dan semua ini tidak akan terjadi tanpa bantuan semua orang yang berkontribusi selama ini," kata Jorginho seperti dikutip dari situs resmi Chelsea.

ADVERTISEMENT

"Semua rekan satu tim saya, baik untuk Chelsea dan tim nasional, manajer saya, kit-man, fisioterapis, staf medis, dan semua yang bekerja dalam tim. Ini berkat semua orang, bukan cuma karena saya. Ini juga buat mereka yang tidak percaya dengan saya karena itu sudah menjadi motivasi untuk terus kerja lebih giat," sambungnya.

Tak mudah untuk Jorginho bisa mencapai 'puncak' di Eropa. Dia datang dari Brasil saat berusia 15 tahun dengan diberi banyak harapan oleh seorang agen yang membawanya.

Jorginho kemudian diminta tes di klub Hellas Verona level junior dan lolos. Dia kemudian dialihkan ke tim junior bernama Berretti selama dua tahun karena Verona tak punya kelompok usia muda.

Pada momen itu, Jorginho bertemu dengan kiper yang juga berasal dari Brasil bernama Rafael. Keduanya mulai akrab dan muncul pertanyaan terkait proses kepindahan Jorginho dari Brasil ke Italia.

Rafael kemudian mencoba menggali kisah Jorginho bisa sampai ke Italia. Pada satu titik Jorginho menyampaikan bahwa dirinya selama di Berretti cuma mendapatkan 20 euro selama seminggu.

Rafael kemudian menyampaikan beberapa kejanggalan. Jorginho kemudian yakin sedang dieksploitasi oleh agennya dan uang hasil keringat yang harusnya lebih banyak sudah dibawa kabur.

"Pada saat itu saya mau menyerah. Saya sangat hancur. Saya sudah muak. Saya menelepon ke rumah sambil menangis dan bilang ke ibu bahwa saya mau pulang dan saya tidak ingin bermain sepakbola lagi," ungkap Jorginho dua tahun lalu.

"Ibu bilang 'jangan berpikir tentang hal itu. Kamu sudah sangat dekat, kamu sudah berada di sana selama beberapa tahun, ibu tidak akan mengizinkan kamu pulang. Kamu harus tinggal di sana dan tegar'. Jadi Saya memutuskan tinggal," Jorginho membeberkan.




(ran/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads