Ni Nengah Widiasih menjadi salah satu dari sembilan atlet Indonesia yang turun di Paralimpiade 2016, sebuah pesta olahraga terbesar dunia yang khusus diselenggarakan bagi kaum difabel.
Wanita asal Bali itu mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia, dia meraihnya di nomor -41 kg cabang angkat berat. Ni Nengah sukses mengangkat beban seberat 95 kg. Total angkatannya kalah dari Muratli Nazmiye (Turki, 104 kg) dan Cui Zhe (China, 102 kg).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ni bersama atlet-atlet Paralimpik Indonesia lainnya pada Kamis (22/9/2016) hari ini berkesempatan bertemu Presiden Joko Widodo. Dalam kesempatan itu dia mengaku senang karena pemerintah tidak membedakan atlet Olimpiade dan atlet Paralimpiade dalam pemberian bonus.
"Saya rasa cukup. Karena pemerintah dan presiden dan menteri sudah menyamakan kami atlet paralympic dengan atlet olympic itu sudah sangat luar biasa buat kami. Jadi kami sangat bersyukur dan berterima kasih pada bapak presiden dan bapak menteri," lanjutnya saat ditanya soal permintaan sebagai atlet pada Menpora dan presiden.
Membawa pulang medali perunggu membuat Ni mengantongi bonus Rp 1 miliar dari pemerintah. Uang sebanyak itu akan dia serahkan pada orang tuanya.
"Hadiahnya yang pertama saya ingin buat orang tua saya bahagia, karena berkat doanya, berkat supportnya, karena orangtua saya yang selalu support saya samapai saya dapat ini pun itu karena berkat doa orang tua saya. Jadi yang pertama saya ingin buat orang tua saya bahagia. Yang penting orang tua saya bahagia dulu. Selanjutnya mungkin saya buka usaha, saya belum tau apa itu tapi pasti ada nanti untuk hari tua saya. Karena menjadi atlet nggak mungkin saya selamanya," ujar dia.
Keberhasilan berprestasi di level internasional disebut Ni merupakan hasil kerja kerasnya meski dalam kondisi fisik yang terbatas. Diapun berharap kaum difabel di Indonesia tetap berjuang dan tidak patah semangat.
"Pesan saya, janagn pernah menyerah. Lakukan apa yang bisa dilakukan, kerjakan apa yang bisa dikerjakan. Berusaha untuk menjadi yang lebih baik dan yang terbaik terutama untuk diri sendiri dulu, mandiri untuk diri sendiri. Semangat, jangan putus asa, untuk teman-teman yang senasib dengan saya, teman-teman yang difabel, jangan pernah jadi korban dari keadaan tapi jadilah pemenang dari keadaan itu sendiri. Semangat." (bal/din)











































