Hanya Sisakan Center Court, Kompleks Tenis GBK Cuma Akan Jadi 'Museum'

Hanya Sisakan Center Court, Kompleks Tenis GBK Cuma Akan Jadi 'Museum'

Mercy Raya - Sport
Rabu, 19 Okt 2016 12:17 WIB
Foto: Lucas Aditya/detikSport
Jakarta - Mantan petenis nasional Yayuk Basuki menilai langkah PP Pelti untuk menggugat Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) sebagai hal yang wajar. Sebab, jika hanya tersisa center court, kompleks tenis GBK cuma berpotensi jadi museum.

Sebagai mantan petenis, Yayuk menjadi saksi hilangnya satu demi satu lapangan tenis di Jakarta. Kini, lapangan tenis yang amat bersejarah di GBK juga akan digusur dan diganti dengan stadion bisbol sebagai venue pada Asian Games 2018 nanti.

Untuk membangun stadion bsibol itu, 12 lapangan tanah liat dan enam lapangan permukaan keras akan digusur. Maka nantinya kompleks lapangan tenis yang ada di Jl Pintu Satu, Senayan, Jakarta itu hanya mempunyai tennis indoor dan centre court yang kondisinya kini sudah tua dan masuk sebagai bangunan cagar budaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PP Pelti keberatan dengan rencana penggusuran lapangan-lapangan itu. Pelti pun mengajukan gugatan kepada Direktur Utama PPK GBK yang kini dijabat oleh Winarto. Gugatan juga merembet ke presiden dan kementerian terkait.

"Menurut saya sah-sah saja PP Pelti menggugat, karena nilai sejarah lapangan di Senayan itu yang sekaligus menjadi kebanggaan kita bersama. Kalangan internasional juga tahunya tennis stadium kita ya itu di Senayan," kata Yayuk dalam obrolan dengan detikSport, Rabu (20/10/2016).

[Baca juga: Pernah Sepakat Alih Fungsi Menjadi Stadion Bisbol, Kini Pelti Gugat Dirut PPK GBK]

"Begini, semua stadion tenis yang ada di Jakarta satu demi satu sudah dihancurkan, mulai dari Kemayoran kemudian Rawamangun. Sekarang juga akan bernasib sama. Di mana kepedulian pemerintah?

"Kami mengerti kalau penggusuran kali ini untuk kebutuhan lapangan bisbol dan lain-lain, tapi kan tidak harus semuanya habis dong. Masa hanya disisain satu center court, itupun dengan alasan sebagai bangunan cagar budaya," sesal Yayuk.

"Center court itu ke depannya tidak ada lagi gunanya, karena kita tidak akan bisa menyelenggarakan pertandingan lagi di sana, baik reguler tournament maupun internasional, sampai dengan antar negara," tutur peraih medali emas Asian Games di Seoul 1986 Beijing 1990 itu.

"Sebab untuk membuat pertandingan itu butuh minimal 8-14 lapangan. Buat apa cuma satu lapangan dan memang tak bisa dihapus karena sudah menjadi cagar budaya," ujar Yayuk.

(mcy/fem)

Hide Ads