Nina Bonita Yurike, Reski Adriyani Triya, dan Rona Siska Sari keluar sebagai juara compound beregu putri. Dalam perebutan medali emas, Kamis (15/2/2018), mereka mengalahkan I-Jou, Ching, dan Yo-Shuan dari Taiwan.
Mereka menang dengan skor cukup meyakinkan yakni 57, 57, 54, 55 (220). Sementara Taiwan, yang sebenarnya mengawali set pertama hingga set ketiga cukup baik dengan mencetak skor 57, harus kehilangan banyak poin lantaran di set keempat hanya mengoleksi skor 40. Taiwan hanya menciptakan total 211 poin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalo keberuntungan kita lihat dulu, kalau lengkap gini kita nggak ada keberuntungan. Semua mengalami kok, masalahnya dia (lawan) bisa mengatasi gangguan itu apa enggak," kata Denny.
![]() |
"Saya nggak mau dikatakan panahan itu ada keberuntungan. Sasaran sama-sama tipisnya, ini kena edge, jauh dikit, ya itu kalah tipis. Kemenangan itu kalau menurut saya itu, soal menguasai aturan, medan, peralatan yang memadai, dan tahu soal kemampuan diri sendiri dan lawan," dia menjelaskan.
Kendati begitu, dia mengakui kalau anak asuhnya yang sudah bisa beradaptasi dengan hujan jadi penentu raihan emas panahan beregu putri compound. Penyesuaian dengan hujan, menurutnya, juga butuh waktu yang tak singkat.
"Yang nurunkan hujan siapa? Dari atas juga itu. Ya, mau menang caranya banyak, dibantu hujan. Kita kan ketemu baru seminggu. Kalau seminggu kemarin tak latih waktu hujan kan sakit sekarang. Kalo tadi ya sudah, kita langsung menyesuaikan diri saja," Denny membeberkan.
Tanpa adaptasi pada kondisi hujan hujan jauh-jauh hari, tentunya bakal menyulitkan atlet. Apalagi di kelas compound, hujan akan akan sangat mempengaruhi busur dan kelengkapannya.
"Saat hujan itu semua kemungkinan bisa terjadi. Alat bisa terganggu, si lensa dan watermark-nya bisa burem, kena hujan. Kacau itu. Anak panah juga jadi lebih turun, berat, karena ketekan hujan dan angin," Denny menambahkan.
(idr/fem)