Dinda menghabiskan sekitar lima jam sehari di lapangan panahan. Di bawah terik matahari, arek Surabaya itu mengasah akurasi bidikannya. Itu masih ditambah latihan fisik di pusat kebugaran sekitar satu jam. Juga setiap hari.
Bukan setahun dua tahun Dinda menjalani rutinitas itu. Dia sudah memulainya sejak 23 tahun lalu, kala dia masih anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai gambaran, Dinda sudah menjadi bagian tim Jawa Timur pada PON saat usia 14 tahun. Dia juga sudah masuk skuat nasional pada usia 17 tahun.
Apa yang didapatkan Dinda, sapaan karib Dellie Threesyadinda, setelah menjalani profesinya setelah puluhan tahun itu? Tidak banyak hadiah yang ditawarkan dari kejuaraan panahan.
"Soal materi, kalau dibilang cukup atau enggak, kita akan cukup kalau kita bersyukur. Lagipula, aku enggak pernah melihat panahan dari materi saja. Kalau misalnya kita cari uang ya jangan di olahraga," kata Dinda dalam wawancara One on One dengan detikSport.
"Sebenarnya yang dicari itu bukan soal materi semata, tapi bagaimana kita mengibarkan bendera merah putih. Nggak ada yang bisa membayar perasaan itu gimana kita saat bsia memberikan sesuatu untuk Indonesia," tutur Dinda.
"Aku nggak akan berikan medali aku ke negara lain, meskipun mereka menawarkan bonus yang lebih besar. Nggak akan!" ujar dia.
(fem/nds)