Stadion Madya di kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat sudah seperti rumah kedua bagi Emilia. Dia berlatih di sana sejak kelompok umur remaja.
Bukan sebagai atlet pelatnas memang. Waktu itu, Emil masih bergabung dengan klub atletik Meteor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya delapan bulan latihan di klub Meteor, sama Pak Bambang Rambo. Latihannya di Stadion Madya dan sudah melihat atlet-atlet pelatnas latihan. Dalam hati saya bilang,"Ih, keren atlet-atletnya, latihan saja larinya kenceng-kenceng banget," ujar Emil dalam wawancara One on One dengan detikSport.
Dari mengagumi atlet pelatnas, Emil pun terpacu untuk bisa menjadi seperti skuat pelatnas atletik. Dia berlatih keras di klub.
Baca Juga: Ingin Fokus, Pelari Gawang Emilia Nova Tidak Puasa Selama Latihan
Rupanya, bukan hanya Emil yang kepincut dengan aksi atlet-atlet pelatnas itu, namun dia juga menarik perhatian PB PASI. Adalah Ketua Umum PB PASI, Bob Hasan, yang tertarik dengan postur tinggi semampai Emil saat remaja, mencapai 167 cm. Juga ketekunannya datang tepat waktu dan berlatih hingga jam terakhir latihan.
Saat itu, Emil sudah juara race bulanan PB PASI di jarak 60 meter. Gelar juara itu didapatkan Emil empat bulan sebelum ada percakapan antara ayah Emil dengan Bob Hasan.
"Pak Bob bilang ke papa kalau akan ngurus Emil. Kemudian saya diminta buat bawa barang ke pelatnas," ujar Emil.
"Emil siapkan barang untuk tinggal selama dua pekan, karena waktu itu ada penataran dua minggu. Ternyata disuruh ikut pelatnas," ujar pasangan Zainur dan Delvia itu.
Jalur ekspres menjadi atlet pelatnas itu tak membuat Emil nyaman. Sebab, atlet lain yang bisa lolos pelatnas semestinya memiliki prestasi nasional.
Seiring berjalannya waktu, Emil menjawab beban itu dengan prestasi di level nasional dan Asia Tenggara. Dia pemilik tiga medali emas PON 2016 Jabar dan medali perak sapta lomba SEA Games 2017 Kuala Lumpur.
(fem/fem)