Asian Games 2018 tinggal hitungan hari, tepatnya 12 hari lagi. Waktu berlatih atlet nasional menuju pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia itu sudah makin pendek.
Perenang nasional, I Gede Siman Sudartawan dkk., yang digodok di Amerika Serikat sudah tiba di Tanah Air. Mereka mulai beradaptasi dengan Stadion Aquatic, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Albert C Sutanto, pelatih pelatnas renang, tinggal memiliki sedikit pekerjaan rumah untuk Siman. Dia menyadari ada hal-hal yang membuatnya harus menyiapkan langkah ekstra setelah perenang pindah latihan di Jakarta. Juga menjaga mental Siman yang akan tampil sebagai perenang tuan rumah di Asian Games nanti.
![]() |
"Siman menyadari betul tugasnya di Asian Games. Siman tahu beban di Asian Games nanti dan dia menyadari beban terberat ada di punggungnya," kata Albert dalam wawancara dengan detikSport.
"Kami jaga dari sisi kesehatan, berat badan, cek semua jangan sampai ada kelebihan lemak. Juga istirahatnya karena masih jetlag, jam tidur masih berantakan, harus segera beradaptasi," ujar Albert.
Senada, atlet nasional jet ski, Aero Sutan Aswar, mulai panas dingin dengan kian dekatnya Asian Games. Dia senang dengan antusiasme Jakarta menyambut Asian Games. Tapi, dia juga tak bisa memungkiri beban medali emas di bahunya.
"Dua-duanya, semangat dan beban. Semangat karena marketing dan promosi Asian Games makin gila. Saat landing di bandara dan sampai rumah, semuanya Asian Games, itu jadi semangat. Indonesia bisa ngumpulin one sound untuk nyupport kami," kata Aero.
Baca juga: Gempa Terasa di Bali, Timnas U-23 Aman |
"Tegang sendiri karena papa ngirimin link (berita) target emas, target emas. Iya, sudah tahu, enggak perlu diingatkan hehehe. Bebannya karena home town, kalau bisa sih juara," dia menambahkan.
Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) merespons situasi itu dengan membatasi atlet seiring kian dekatnya Asian Games 2018. Wakil Sekretaris Jenderal PB PASI, Sri Hastuti Merdiko, membatasi kedatangan orang luar ke pusat latihan atletik.
Mereka berharap situasi itu bisa membuat atlet lebih fokus dan tampil prima di Asian Games nanti.
Mantan perenang nasional, Richard Sam Berra, menilai langkah pengurus yang memagari atlet itu lumrah. Menurut dia itu salah satu cara menjaga atlet dari cedera.
"Dari sudur pandang atlet, menjadi tuan rumah itu menjadi tekanan ekstra. Saya sempat mengalami saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 1987. Juga dengan seiring dekatnya Asian Games, pelatih khawatir dengan kondisi si atlet, sudah dibangun sedemikian rupa, malah cedera," ujar dia.
(fem/krs)