.webp)
Nirina merupakan pelari ketujuh kirab obor Asian Para Games dari etape pertama Balai Kota menuju etape kedua Bundaran HI, Jakarta Pusat. Dia mendapat estafet api obor dari Sheryl Sheinafia sebelum akhirnya Nirina memberikan kepada pelari berikutnya, Dimas Beck.
Bagi Nirina pengalaman ini menjadi yang pertama. Dia pun antusias.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum (Asian Para Games) di Indonesia saya belum tahu. Tapi saya tahu ada para atlet karena saya pernah bersepeda dengan M. Fadli bersama istrinya dan mendengar ceritanya," kata Nirina usai kirab obor.
"Cukup mengharukan, cukup membanggakan, menyenangkan mengenal mereka. Jadi ada semangat baru karena kadang-kadang kita suka lelah, letih, ngeluh sendiri. Eh, melihat mereka siapa kita untuk mengeluh ya? Mereka saja tidak ada mengeluh justru berprestasi," dia menjelaskan.
"Malah saya senang banget dan ingin ikut men-support mereka karena satu dari Asian Games semakin banyak atlet yang dikenal, apalagi yang sekarang Asian Para Games. Ya berlaku sama lah," dia menambahkan.
Nah, momen ini rupanya tak ingin dinikmatinya sendiri. Perempuan berusia 38 tahun ini juga mulai mengenalkan cabang olahraga serta atlet-atlet penyandang disabilitas kepada kedua anaknya yang semakin bertumbuh besar, Zivara Ruciragati Syarif dan Elzo Jaydn Anvaya.
"Sekarang ini bagusnya karena ada acara paralimpiade anak-anak sekarang lebih aware. Jadi dengan ada poster ada dimana -mana, bahwa ada perenang tapi memiliki satu kaki, ada pesepeda satu kaki, itu membuat saya memiliki kesempatan kepada anak-anak untuk menjelaskan. Meski mereka memiliki keterbatasan tapi tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap mengukir prestasi, bersemangat, dan meraih impian mereka," kata Nirina.
"Enak justru sekarang dengan acaranya ini memasukkan kepada anak-anak gampang dan mereka malah getol, mamah kita mau nonton apa, renang, panahan, tinggal sayanya bertanggung jawab mengosongkan jadwal," dia menambahkan.
Tonton juga 'Anies: DKI Siap Jadi Tuan Rumah Asian Para Games':
(mcy/fem)
