Pemilihan Okto-Warih sebagai ketua dan wakil ketua KOI dalam Kongres Pemilihan KOI yang berlangsung di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Rabu (9/10/2019). Okto-Warih menjadi calon tunggal setelah Tim Penjaringan dan Penyaringan Pemilihan Ketum dan Ketua KOI hanya menerima satu formulir pengembalian. Sempat disebut muncul pesaing lain, Oegroseno, namun dia tak mengembalikan formulir hingga penutupan pendaftaran pada 6 Oktober.
"Karena cuma satu dan tidak ada pembanding maka kita satukan suara. Secara resmi Bapak Raja Sapta Oktohari menjadi Ketua Umum KOI periode berikutnya," kata Ketua Pimpinan Sidang Kongres KOI, Ngatino, yang juga Sekretaris Jenderal PB Wushu Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Okto, yang merupakan juga menjabat sebagai ketua Pengurus Besar (PB) Ikatan Sport Seluruh Indonesia (ISSI), menggandeng Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Warih pun didukung penuh 31 cabang olahraga cabor. KOI memiliki 32 cabang olahraga sebagai pemilik suara, namun PP Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) tak diperkenankan mengikuti Kongres Pemilihan KOI itu karena memiliki tiga federasi dan sampai kini masih bermasalah.
Dari CdM Olimpiade ke Ketum KOI
Okto bukan sosok baru di olahraga Indonesia. Pria kelahiran Jakarta, 15 Oktober 1975 itu merupakan promotor tinju profesional melalui Mahkota Promotion. Dia mencetak satu petinju internasional andalan Indonesia Daud Yordan. Selain itu, dia juga merupakan Ketua Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia sejak 2015-2019, kemudian terpilih kembali di periode berikutnya.
Selama menjabat sebagai pimpinan ISSI, kepengurusan Okto berhasil mempersembahkan dua medali emas di nomor downhill di Asian Games 2018, satu emas di Asian Para Games.
Begitu pula di SEA Games 2017 Malaysia, skuat Merah Putih meraih dua medali emas dari disiplin BMX. Dia juga pernah menjabat sebagai Chief de Mission Olimpiade Rio 2016, saat itu Indonesia berhasil merebut satu medali emas dari nomor ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Dia juga menjabat sebagai wakil presiden Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC), sejak 2017, dan ketua panitia pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC).
"Tentunya ini menjadi tanggung jawab kami dan ini bukan hal yang mudah. Karena setelah ini ada pekerjaan rumah menunggu. Yang utama SEA Games karena waktu berjalan cepat dan kami mengalami proses transisi pemerintahan. Sebab, Presiden baru akan dilantik 20 Oktober, setelah itu diketahui siapa Menporanya. Sebab, ini terkait anggaran yang digunakan untuk SEA Games 2019," kata Okto usai sambutan.
"Selanjutnya Olimpiade, kami bersepakat bercita-cita menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Proses ini harus kami kejar di Olimpiade 2020 mengingat keputusan diambil 2024. Makanya kami mengejar kualifikasi Tokyo 2020 dan kami akan berjuang meraih emas dan meraih itu," ujar dia.
"Kami akan memaksimalkan komunikasi dengan cabor karena kami percaya setiap cabor memiliki jaringan di Asia dan dunia. Saya masih menjabat sebagai wakil ketua ACC. Itu akan saya maksimalkan peran Indonesia yang aktif di federasi Asia dan dunia. Karen melalui jaringan ini akan mudah menuju 2032," ujar dia.
(mcy/fem)