Memo, yang sejak usia belasan tahun menjadi andalan Indonesia sempat meninggalkan pelatnas dayung selama 11 bulan. Dia mengikuti pendidikan militer TNI AL di Surabaya periode 2018/19.
Apa berbedaan pelatnas dayung dan tinggal di asrama TNI?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memo, yang menjadi wakil Indonesia di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu mengaku sempat kesulitan beradaptasi dengan rutinitas baru di barak TNI AL. Tapi, lama-lama dia terbiasa.
"Pertama masuk sempat menyesal, tapi sekarang tidak lagi. Karena, sempat diperintah cepat-cepat sampai jungkir balik. Itu awal-awal pendidikan. Tetapi sekarang sudah biasa karena sudah adaptasi," ujar dia.
Apalagi, kata atlet berusia 24 tahun itu, orang tuanya lebih bangga dengan Memo yang bisa lolos seleksi TNI AL. Selain itu, memo juga bisa mendapatkan gaji dari dua tempat bekerja itu.
Menjadi Serda TNI AL, Memo digaji Rp 3,8 juta per bulan serta tunjangan. Sementara itu, sebagai atlet elite pelatnas Memo menerima uang saku Rp 10 juta tiap bulan.
Tapi, Memo sekaligus bisa menghitung besaran uang bulanan yang bakal dietrima andai dia tak lagi menjadi bagian pelatnas dayung.
"Ya, makanya karena melihat masa depan," katanya.
"Lebih irit kayaknya. Seperti pengeluaran untuk jalan-jalan," kelakarnya.
Meski begitu, pria kelahiran Pulau Osi, Maluku pada 8 Januari 1995 ini, tetap bangga menjalani kedua profesinya kini.
"Semasa atlet saya sudah memberangkatkan orang tua haji, renovasi rumah, mobil belum (nanti kalau ada rezeki lagi)," dia menjelaskan.
Perubahan lainnya, kini dia juga sudah bisa membiayai kedua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.
"Lumayan bantu orang tua. Bapak nelayan, ibu rumah tangga, jadi saya dan kakak saling bantu untuk biaya sekolah adik," ujar bungsu dua bersaudara itu.
(mcy/fem)