"Dari 2015 hingga 2019, total sudah ada delapan atlet yang pindah domisili dan memilih untuk menjadi atlet dari daerah lain. Sekarang hanya tersisa satu atlet di cabang olahraga tenis meja. Tetapi atlet tersebut sudah berencana untuk ikut teman-temannya pindah ke daerah lain," kata Ketua Nasional Paralympic Committes Indonesia (NPCI) Kabupaten Cianjur, Abes.
Abes menjelaskan delapan atlet yang pindah ke beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat bahkan hingga ke luar pulau Jawa itu kecewa karena janji bonus tak terwujud. Semula, Pemkab Cianjur menjanjikan bonus sebesar Rp 20 juta untuk medali yang diperoleh di tingkat provinsi dan nasional. Tapi, nilai yang diberikan tidak sampai setengahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk atlet yang masih bertahan, yakni Zaenal Abidin tengah melaksanakan Pemusatan Pelatihan Nasional (Pelatnas) di Solo selama satu tahun dan disiapkan untuk mewakili Indonesia pada Asean Paragame di Filipina 2020. "Jadi dia masih bertahan karena masih mengikuti Pelatnas dan diperhatikan pemerintah pusat, kemungkinan setelah Paragames akan pindah juga," Abes mengucapkan.
Sejauh ini, kata Abes, Zaenal Abidin mengikuti sejumlah pertandingan tingkat nasional hingga internasional, bahkan pada saat Asian Para Games 2018 di Jakarta dan ASEAN Para Games 2014, Zaenal meraih medali perunggu dan emas.
Abes menambahkan, selain Zaenal, saat ini Cianjur hanya memiliki sejumlah atlet disabilitas yang berprestasi di tingkat Porda.
"Apabila hal tersebut terus dibiarkan, atlet yang tersisa termasuk yang prestasinya di tingkat provinsi pun akan ikut pindah ke daerah lain. Makanya, kami berharap kepada para pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan," dia menjelaskan.
Muhammad Taufik (40), salah seorang atlet disabilitas yang kini menjadi atlet angkat besi untuk Kabupaten Tasikmalaya, mengaku, dirinya semula merupakan atlet disabilitas yang mewakili Cianjur dalam berbagai kompetisi.
Ayah dari dia orang putri tersebut sejak 2006 sudah banyak menyumbang medali untuk Cianjur. Terakhir dia berhasil menyumbang emas untuk Cianjur di Preparda Bekasi pada 2014.
"Yang paling membuat teman-teman atlet kecewa itu soal bonus di Preparda 2014, janji mau memberikan Rp 20 juta tapi yang diterima hanya Rp 5 juta. Dari situ saya memilih pindah ke Kabupaten Tasikmalaya dan menjadi atlet mewakili daerah ini pada 2015," Taufik mengungkapkan.
Sejak pindah ke Tasikmalaya, dirinya mendapatkan perhatian lebih. Setiap bulannya Taufik mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 600 ribu dan dana suplemen sebesar Rp 1,5 juta. Sedangkan untuk setiap medali yang diraih, dia mendapatkan bonus sebesar Rp 50 juta.
"Bonus itu real, dijanjikan Rp 50 juta dan yang didapat nilainya segitu. Tidak seperti sebelumnya di Cianjur yang membuat para atlet kecewa. Semoga ke depan lebih ada perhatian dari Pemkab pada atlet, supaya tidak ada lagi yang pindah ke daerah lain. Pada intinya perhatikan soal kesejahteraan dan bonus," terangnya.
Sementara itu, Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman menyayangkan banyaknya atlet disabilitas yang pindah daerah. Dia pun berjanji untuk lebih memperhatikan atlet, terutama dari kesejahteraan dan bonus atas prestasi yang diraih.
"Sangat disayangkan sampai ada yang keluar daerah, saya akan coba komunikasi dengan dinas terkait. Yang jelas Pemkab ke depannya akan lebih memperhatikan atlet, termasuk atlet disabilitas," dia mengucapkan.
(fem/fem)