Bagus gagal memenuhi target di SEA Games 2019. Dipatok mempertahankan gelar, Bagus tersungkur tanpa meraih medali satu pun. Malah medali perak dipersembahkan Toni Syarifudin.
Atlet asal Nusa Tenggara Barat itu kecewa dengan hasil tersebut, tapi tak ingin terus larut dalam penyesalan. Dia pun bertekad untuk bisa lolos Olimpiade 2020 Tokyo. Apalagi, BMX menjadi salah satu tulang punggung untuk balap sepeda Indonesia bisa merebut tiket ke Olimpiade. Saat ini, nomor BMX berada di peringkat 16 dunia. Untuk bisa mendapat tiket, Indonesia harus masuk 12 besar peringkat negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agenda-agenda itu antara lain, empat seri World Championships dilangsungkan di Amerika Serikat pada Mei mendatang. Kemudian ada empat seri World Cup yang bakal digelar pada Februari di Australia.
Kejuaraan level C1, yaitu tiga seri Jakarta International pada Februari dan April dan Banyuwangi International BMX. Terakhir, satu kejuaraan level Asia bertajuk BMX Asia Championships Jakarta pada April.
"Ya, kami sangat bersyukur karena Indonesia mengadakan kejuaraan C1. Tujuh event itu kemungkinan besar kami bisa memperoleh minimal juara, kemudian masuk final semua. C1 itu juara 60 poin, ditambah dengan hasil teman-teman bisa lebih lagi poinnya," kata Bagus kepada detikSport, Jumat (20/12/2019).
PB ISSI, selain Bagus, memiliki pebalap potensi lainnya di nomor BMX, yaitu Toni Sharifudin dan Rio Akbar. Jika balap sepeda bisa curi tiket maka berpeluang yang dikirim adalah Bagus. Prediksi itu karena melihat ranking dari ketiganya Bagus di peringkat 43, Toni peringkat 130 dan Rio ranking 50.
"Kalau saya dari hasil pembicaraan manajer dan pelatih, kami tetap bersaing, dan siapapun yang poin tertinggi maka dia berangkat. Sementara ini saya yang tertinggi makanya saya tetap berusaha ke depan lebih baik untuk meningkatkan peringkat by name dan nation," dia menjelaskan.
"Soal mempersiapkan menuju Olimpiade memang tak bisa sembarangan. Dalam arti, Olimpiade ini kan terbesar di dunia makanya semoga jalannya lancar. Soalnya jika tegang berlebihan saya bisa stress," tambahnya.
Bagus tak memungkiri sempat khawatir masalah tegang ini bakal mempengaruhi sampai ke persiapan Olimpiade. Apalagi, masalah tersebut bukan hanya saat SEA Games saja, ketika Asian Games 2018 Jakarta, dia pernah mengalami hal serupa.
"Waktu itu saya sangat strees, psikologis tak bagus, sampai panggil psikolog dua orang. Suka panik, tegang, tak bisa tidur, waduh kayak orang gila. Jadi untuk Olimpiade ini (mungkin) nanti banyak dibantu psikolog, belajar mental, latihan dan jam terbang ditambah lagi (untuk mengurangi itu)," dia menambahkan.
"Saya juga banyak ngobrol dan bagi pengalaman dengan mas Toni. Sebab, tegangnya karena beda. Toni juga bilang jika saya lolos kami saling mendukung dan banyak cari jam terbang dengan musuh," ujarnya.
Toni pernah menjadi wakil Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dia gagal menembus semifinal BMX putra setelah hanya finis ketujuh dari delapan pebalap.
"Semoga di nomor BMX bisa di-support, ditinjau terus ketika latihan untuk memberikan semangat. Saya sih tak muluk-muluk berharap lolos dulu. Indonesia bisa mendapat tiket Olimpiade karena tak sembarangan bisa lolos," harap Bagus.
(mcy/fem)