PABSI Ungkap Tantangan Terbesar Penundaan Olimpiade Tokyo

PABSI Ungkap Tantangan Terbesar Penundaan Olimpiade Tokyo

Mercy Raya - Sport
Rabu, 08 Apr 2020 17:30 WIB
Pandemi Corona membuat pesta olahraga Olimpiade 2020 Tokyo terpaksa ditunda tahun depan. Hal itu ditandai dengan pemulihan api khas Olimpiade di kawasan Jepang Utara.
PB PABSI mempunyai tantangan dengan penundaan Olimpiade 2021. (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Wakil ketua PB PABSI Djoko Pramono mengungkap tantangan federasi dengan mundurnya Olimpiade 2021. Mulai menghilangkan kebosanan hingga menjaga semangat atlet.

International Olympic Committee (IOC) secara resmi menunda pelaksanaan Olimpiade 2020 dari 24 Juli-9 Agustus 2020 mundur ke 23 Juli-8 Agustus 2021. Keputusan diambil untuk menekan penyebaran virus corona yang kini menjadi pandemi.

Djoko sejatinya tidak mempermasalahkan soal penundaan itu. Menurutnya, Eko Yuli dkk jadi punya waktu persiapan yang lebih panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi di sisi lain, sebut Djoko, bagi pelatih penundaan menjadi tantangan besar untuk mereka. Mereka harus menjaga peak performance atlet hingga tahun depan, padahal pertandingan dan kualifikasi tidak ada.

"Yang pasti kerugian para pembina dan pelatih bebannya semakin berat karena harus menjaga atlet agar tidak bosan berlatih dan semangatnya tetap tinggi," kata Djoko dalam RDpU dengan Komisi X DPR RI, dalam aplikasi Zoom, Rabu (8/4/2020).

ADVERTISEMENT

"Sebab, dari yang seharusnya empat bulan lagi mereka bertanding, tapi kini latihannya diperpanjang sampai setahun lebih. Jadi ini tantangan buat kami," ujarnya.

Hal itu juga diperkuat dengan kondisi saat ini. Di mana, Indonesia tengah menghadapi pandemi virus corona sehingga beberapa pelatnas harus melakukan karantina pada atletnya. Termasuk Pelatnas PABSI di Kwini, Kwitang.

Mereka tak ingin ambil risiko dengan memulangkan atlet ke daerah atau rumahnya masing-masing justru membuat persiapan atlet jadi tidak terkontrol. "Selain itu, kalau dilepas PABSI akan sulit memantau kesehatan mereka dari COVID-19. Karena yang menjaga adalah keluarganya," tuturnya.

Lifter Eko Yuli Irawan mendukung langkah PABSI untuk tetap mengarantina dia dan atlet lainnya.

"Karena kalau berhenti kami akan mengulang lagi programnya dari awal dua sampai tiga bulan. Jadi kami di sini karantina dan melaksanakan latihan secara normal seperti biasanya," Eko menimpali.

"Insyaallah dengan persiapan yang berkesinambungan maka target medali emas bisa tercapai," kata peraih medali perak Olimpiade 2016 Rio.




(mcy/cas)

Hide Ads