Para atlet daerah dan nasional curhat ke Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman. Mereka buka-bukaan soal tantangan latihan di tengah masa pandemi COVID-19.
Hal itu diungkapkan para atlet dalam temu sapa virtual dengan KONI Pusat melalui aplikasi Zoom, yang berlangsung pada hari Rabu (3/6/2020) ini.
Atlet taekwondo Defia Rosmaniar, misalnya. Dia terpaksa dipulangkan oleh Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PB TI) ke daerah karena wabah penyakit yang terjadi di Indonesia. Dampaknya, dia tak bisa menjalani latihan secara maksimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan setelah SEA Games, atlet taekwondo dipulangkan ke daerah kecuali yang disiapkan ke pra-olympic. Tapi karena pandemi ini semua jadi dipulangkan ke rumah," ucap Defia kepada Marciano Norman.
"Tapi karena di rumah cuma saya sendiri yang olahragawan jadi tak ada lawan tanding dan bosan. Makanya, saya ingin kondisi ini cepat-cepat selesai supaya bisa latihan kembali bersama teman-teman."
Marciano pun bertanya untuk mempertegas keluhan Defia. "Memang tidak ada atlet lain yang satu daerah?".
Defia pun menjawab, "Yang di daerah mau latihan juga takut-takut, pak."
"Harusnya bisa melakukan latihan secara virtual. Karena COVID-19 ini semua agenda olahraga jadi diundur dan atlet kembali ke daerah. Tapi mungkin bisa digunakan virtual bersama teman-teman dengan materi yang pernah diberikan," ujar Marciano menimpali.
Hal senada diungkapkan atlet wushu Edgar Xavier. Peraih medali emas SEA Games 2019 ini mengalami kesulitan latihan di rumah karena tak lahan yang luas.
"Kendala banyak karena untuk wushu membutuhkan tempat luas dan empuk. Sementara kita tidak bisa latihan di tempat biasa karena pandemi. Jadi hanya seadanya saja. Selain itu,belum ada panggilan pelatnas juga sehingga kami hanya latihan-latihan dasar saja. Jadi kendalanya lumayan banyak dalam situasi pandemi ini," kata Edgar.
Begitu juga dengan atlet panjat tebing, Aries Susanti. Dia mengaku lebih beruntung dari atlet lainnya karena telah mengikuti pelatnas dulu sebelum dikembalikan ke daerah. Dengan begitu, dia memiliki gambaran latihan untuk diterapkan di rumah.
"Cuma karena saya atlet nomor speed sehingga kami butuh catatan waktu (di setiap latihan). Selain itu, kami juga harus menjaga kebugaran dan menjaga berat badan dengan standar latihan yang kami punya," kata atlet yang dijuluki spiderwomen Indonesia ini.
Merespons sejumlah keluhan itu, Marciano berharap atlet tetap mengikuti protokol kesehatan yang diberikan. Pasalnya, atlet merupakan aset bangsa yang harus dilindungi dan ada beban prestasi untuk mengharumkan nama bangsa di pundak mereka.
"Selain berprestasi dalam olahraga, dalam masa COVID-19 ini, para atlet menjadi teladan, untuk apa? Untuk mengajak masyarakat untuk terus berolahraga dan insya Allah bisa terhindar dari ancaman virus corona," katanya.
"Di sisi lain, para pelatih harus bisa memprogram kembali latihan para atlet agar pada 2021 menjadi puncaknya mereka. Atlet-atlet daerah disiapkan untuk PON Oktober 2021, lalu SEA Games, pelatih pun memprogramkan sehingga di Vietnam tahun depan bisa mengulang prestasinya seperti di Manila. Supaya kita bisa memenuhi keinginan Presiden untuk memperbaiki peringkat."
(mcy/krs)