Polemik Federasi Wing Chun Indonesia (FWCI) berbuntut panjang. Mereka bahkan akan melaporkannya ke Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Persoalan wing chun bermula karena keinginan mereka berdiri sendiri dan memisahkan diri dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI).
FWCI ingin berdiri sendiri menjadi organisasi olahraga. Pasalnya induk organisasi beladiri Wing Chun, Ving Tsun Athletic Association (VTAA) merupakan organisasi Independen. VTAA juga tidak menjadi anggota International Wushu Federation (IWUF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam prosesnya, pengajuan FWCI menjadi anggota KONI Pusat ditolak. Wing chun tak diterima lantaran administrasi yang belum lengkap.
Dalam prosesnya, wing chun kembali bersoal. Kali ini, mereka memprotes keras pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali pada 26 Agustus lalu. Menteri asal Gorontalo itu, disebut FWCI, diminta tetap bergabung menjadi bagian dari Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI).
"Menpora seharusnya memanggil kami bukan membuat pernyataan yang memihak salah satu pihak. Ini tidak ada audiensi sama sekali. Kami akan menulis surat ke Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan masalah ini," kata ketua umum PB FWCI, Martin Kusuma, dalam rilis yang diterima detikSport.
"Kami sudah menyebar di 22 provinsi dan kami sudah berprestasi. Tujuan kami ingin ke PON agar bisa dipertandingkan di multievent. Kedua, supaya negara bisa membantu atlet kami dari daerah," lanjutnya.
FWCI sudah mengirimkan atlet ke kejuaraan dunia wing chun sejak 2014. Hasilnya cukup membanggakan. Indonesia mampu menjadi juara umum di Kejuaraan Wing Chun Dunia tahun 2016 & 2017. Semua ini dilakukan olch FWCI dengan usaha mandiri tanpa bantuan dari pemerintah maupun dari PBWI.
"Saya kecewa dengan pernyataan pak menteri. Semenjak saya bertanding di dalam dan luar negeri tidak ada lambang wushu. Saya berharap pernyataan itu dicabut. Saya atlet ingin berprestasi. Semangat kami jadi sedikit menurun dengan keadaan ini," kata atlet wing chun Rizki Adiyono.
(mcy/rin)