Sesosok mantan atlet, yang dulu pernah tampil buat Indonesia di Olimpiade, sedang viral setelah digambarkan jadi nelayan dengan perahu sederhana usai pensiun. Begini faktanya.
Penggambaran yang lantas viral itu menyeruak di tengah keriuhan soal apresiasi buat para Olimpian Indonesia peraih medali di Olimpiade Tokyo 2020. Namanya Abdul Razak, eks pedayung Indonesia, yang diramaikan oleh akun @bos_sir.
"Sederet medali emas, perak, perunggu baik tingkat nasional maupun tingkat internasional dari cabang olahraga dayung yang didapatkan oleh Abdul Razak, atlet dayung Indonesia asal Wakatobi. Setelah pensiun, kini ia menjadi nelayan dengan perahu sederhana," tulis akun La Ode Basir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam unggahan viral itu terdapat pula foto Abdul Razak dengan sejumlah medali emas yang dikalungkan di lehernya serta dayung yang dipanggulnya.
Sehubungan dengan hal itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Budiman Setiawan pun memberi penjelasan. Ia membenarkan Abdul Razak merupakan eks atlet dayung yang kini menjadi nelayan.
Abdul Razak disebutnya pernah tampil cabang kano bersama Abdul Karim. Keduanya turun di nomor men's K-2 500 meter dan men's K-2 1000 meter dan meraih peringkat 6 dan 7 di babak repechage.
"Iya (olimpian), saya yang bawa dia (Olimpiade) 1992 Barcelona. Sebetulnya dia baik-baik saja. Dia memang nelayan dan kalau sekarang dia jadi nelayan tak ada masalah juga," kata Budiman kepada detikSport, Selasa (10/8/2021).
"Pendidikannya memang saya tidak tahu pasti, dibikinin izasah atau tidak. Tapi dia dulu pernah di Sulawesi Utara kemudian pindah ke Jawa Timur, entah sebagai pelatih atau atlet. Jika tak salah pernah jadi PNS juga, kemudian kembali ke Wakatobi," ujarnya.
"Dia memiliki anak yang bekerja sebagai pegawai negeri di Jawa Timur sampai sekarang. Nah, mungkin dia lebih betah pulang kampung ke Wakatobi dan kehidupannya baik-baik saja."
Pemerintah Sudah Kasih Apresiasi, Atlet yang Harus Atur Pemasukan
Budiman sekaligus menegaskan bahwa prestasi Abdul Razak sama sekali tidak diabaikan karena telah ada apresiasi atas jasanya mengharumkan bangsa. Pemerintah sudah memberikan banyak apreasiasi untuknya, baik dari pusat maupun daerah, termasuk rumah.
"Tapi, ya, zaman dulu memang tidak sebesar sekarang dapat uang. Ini kan karena momen Olimpiade saja dia jadi seolah-olah 'gua susah nih, mau dapat ini itu'. Kayak begitu. Tapi menurut saya keadaan beliau baik-baik saja dan berkecukupan," ucap Budiman.
"Begini ya kita lihat juga kalau kehidupannya susah ya kita bantu. Yang kita bantu banyak tapi tidak bisa terus menerus. Kita kan organisasi nirlaba dan tidak puya penghasilan tetap. Kita dapat bantuan dana dari pemerintah, yang bisa hidup dari sport bisnis hanya satu sepakbola, yang lain tidak ada," kata Budiman ketika ditanya apakan cabor memiliki program untuk masa tua atlet.
Ia menekankan hal tersebut karena merasa bahwa selama ini pemerintah sudah sangat memberi perhatian buat para atlet. Berikutnya, tergantung dari cara atlet memanfaatkan bonus yang mereka dapatkan dari pemerintah.
"Ini bukan saya tidak setuju atlet diistimewakan. Atlet harus diperhatikan betul tapi sekarang program pemerintah juga sudah luar biasa, sudah jadi pegawai negeri itu sudah jadi jaminan asal kerjanya baik-baik saja, sudah oke. Belum lagi bonus-bonus kalau dia manfaatkan. Misalnya dapat bonus Asian Games, SEA Games, kadang-kadang miliaran lo. Apresiasi dari perusaan swasta juga dapat."
"Artinya tinggal si atlet mengolah pemasukannya. Tapi rata-rata pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan kita mencarikan agar si atlet bisa kerja di mana. Kalau sampai ada satu dua yang tercecer berarti anaknya sudah tidak bisa dibina."
Terlepas dari penggambaran kehidupan Abdul Razak yang kini viral, Budiman mengakui bahwa ia merupakan atlet potensi dan berprestasi di zamannya.
Abdul yang merupakan pedayung kelahiran 10 Oktober 1964 sudah memulai karier sejak tahun 1989. Sejumlah torehan emas di SEA Games serta medali perunggu di Asian Games 1990 menjadi bagian hidupnya membawa Merah Putih di kancah Asia.
"Ya kalau berprestasi kita mesti akui itu karena dia pernah tampil di bebera Asian Games dan meraih medali perunggu tahun 1990. Dia juga beberapa kali emas di SEA Games. Untuk Olimpiade 1992 dia dikirim oleh KONI. Saat itu tidak menggunakan kualifikasi, kita dibebaskan mengirim siapapun," dia menjelaskan.
(mcy/krs)