Odekta menuju venue lari marathon dengan kondisi kurang optimal. Dia sulit tidur.
Seperti peserta lain, Odekta juga sudah meninggalkan penginapan sejak pukul 03.30 untuk mencapai titik start dna menjalani pemanasan lebih dulu. Tetapi, di malam hari dia tidak bisa segera tidur. Padahal, sarapan disiasati dengan makan tengah malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semalam enggak bisa tidur karena kepikiran perlombaan ini. Padahal, makan malam kemarin sudah diatur di jam 17.00, kemudian tidur 18.30, dan malam malam pukul 00.00. Itu agar bisa tidur optimal, eh ternyata tidak bisa tidur," pelari kelahiran Sumut itu menjelaskan.
Selama berada di Timika, Odekta juga kerap telat makan. Sebabnya, jatah nasi kotak dari panitia seringkali terlambat datang. Sejak awal sih, dia sudah menyiasati dengan membawa rice cooker dan lauk.
"Makan teri sama nasi saja jadinya. Lagipula saya tidak mau berpikir negatif terus, itu malah menguras tenaga. Saya memilih berfokus untuk menghadapi lomba," kata Odekta.
Pelatihnya juga menjaga Odekta untuk tetap tidak mudah terpancing emosi. Salah satu caranya, Odekta diminta berkomunikasi dengan orang lain seminimal mungkin.
"Takutnya, nanti jadi mudah tersinggung," kata Odekta.
Senada, Triyaningsih yang finis di urutan kedua lari marathon juga cukup puas. Dia menilai hasil di Mimika ini tidak buruk-buruk amat.
"Saya Terus memotivasi diri sendiri., bahwa ini tanggung jawab. Semua yang sudah aku mulai harus aku selesaikan. Tantangannya di sini, rute landai. Itu saja. Cuaca mendukung, Papua rasa Bandung," ujar Triyaningsih.
(fem/krs)