Sebagai Menteri dan Pemuda Olahraga, Zainudin Amali tak cuma bertugas membawa olahraga Indonesia berprestasi. Tapi, dia juga harus membentuk generasi muda yang berkualitas.
Sejak Amali memegang jabatan tersebut pada 2019, olahraga Indonesia terbilang stabil prestasinya. Tradisi medali emas Olimpiade dipertahankan saat Greysia Polii/Apriyani Rahayu berjaya di Tokyo 2020.
Lalu, beberapa event internasional juga berhasil ditaklukkan oleh banyak atlet Indonesia. Sementara target tiga besar SEA Games 2022 juga dipenuhi lewat Program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DBON memang bertujuan untuk meraih prestasi lewat cabang olahraga yang berpotensi prestasi, sehingga Indonesia bisa fokus untuk berbicara lebih banyak di Olimpiade.
Tapi, sebagai menpora, Amali juga berkewajiban untuk memantau perkembangan generasi muda di Indonesia. Sebab, generasi muda adalah yang jadi tulang punggung Indonesia di berbagai sektor terutama olahraga di masa depan.
Untuk itulah Senior Alumni Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Pengawas Yapmic, Fachry Ali, menyebut tugas dan fungsi Kemenpora termasuk salah satu yang terberat di kabinet saat ini.
![]() |
"Kita mendukung sepenuhnya Pak Menpora melaksanakan tugas sucinya membangun kader-kader bangsa dari generasi muda," kata Fachry Ali usai diterima Menpora Amali di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (7/7).
"Sebenarnya dari seluruh kementerian ini yang paling susah dan paling berat tugasnya adalah Menpora," sambungnya dalam rilis kepada detikSport.
"Sudah olahraga digabung juga dengan generasi muda dan apalagi generasi muda dalam struktur saat ini adalah yang terbesar (jumlahnya). Bayangkan Menpora berupaya mengatur begitu banyak generasi muda yang sekarang ini, itu adalah persoalan yang berat sekali."
Menurutnya, proses kaderisasi anak-anak bangsa harus terus mengalir mengingat para pemuda saat ini minim pemahaman sejarah, budaya, sosiologi dan antropologi bangsa.
"Beberapa kasus yang ada belum lama ini adalah menunjukkan bahwa kita mengalami krisis pengkaderan pada semangat kebangsaan. Sebelumnya kesadaran tentang masyarakat terutama pada generasi milenial tentang nasib bangsa itu mengindikasikan tentang kegagalan pengkaderan," papar Fachry Ali.
Sementara itu, Presidium Kahmi Rayon UIN Prof Kusmana menilai program pemerintah untuk mengembangkan generasi muda ini memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga harus didukung masyarakat.
"kami sangat berterimakasih mendapat sambutan yang sangat baik dari Pak Menpora Amali yang mendukung penuh usaha-usaha kami dan usaha dari berbagai kelompok masyarakat untuk pengembangan generasi muda dalam berbagai aspek," ujar Kusmana.
"Mudah-mudahan usaha ini terus berlanjut dan Indonesia bisa mencapai satu prestasi untuk ke depannya yang lebih baik dari sebelumnya baik olahraga maupun kepemimpinan dalam organisasi kepemudaan.".