Prestasi di Olimpiade Butuh Dukungan Penuh Pemerintah dan Stakeholder Olahraga
Prestasi di Olimpiade cuma bisa dikejar dengan pembinaan yang berjenjang. Oleh karena itu, kerjasama semua pihak: pemerintah dan stakeholder olahraga, wajib dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini anggaran olahraga di Indonesia cuma sekitar 0,03 persen dari APBN. Nilai anggaran itu sekitar Rp 2 triliun setiap tahunnya.
Anggaran untuk olahraga yang disalurkan lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga itu masih jauh dari kata cukup untuk membina puluhan cabang olahraga yang ada di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni).
Dampaknya, sarana-prasarana penunjang latihan masih kurang memadai. Ada juga kurangnya keikutsertaan atlet di ajang internasional untuk bisa mengukur hasil latihan menghadapi pesaing-pesaing dari negara lain.
![]() |
Sebagai contoh ada sarana latihan yang kurang. Sejak pemugaran Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 2016, Indonesia belum mempunyai latihan terpusat untuk cabor-cabor. Cibubur Youth Athlete Training Center (CYATC), yang dimaksudkan untuk itu ditargetkan selesai pada Oktober 2024. Pembangunannya memakan waktu yang lama.
"Kesungguhan setiap stakeholder, semua maksud saya tidak sepihak ya. Utamanya federasi cabang olahraga, maksudnya PP/PB cabang olahraga dan jajarannya pada level sampai ke klub dan sebagainya. Kemudian pemerintah dalam hal ini Kemenpora, ada KONI, KOI, semuanya harus betul-betul incharge dan include menyiapkan para atlet menuju kualifikasi Olimpiade dulu agar dia lolos. Kesungguhan yang terprogram dengan menerapkan kerangka DBON secara sungguh-sungguh menjadi upaya pembinaan yang akan menghasilkan prestasi utamanya menuju 2044 membidik posisi lima besar Olimpiade," kata Djoko.
"Ini menjadi kewajiban kita semua, program DBON itu bagus tapi suportnya harus maksimal. Ya anggaran, ya sarana-prasarana, ya SDM, ya sistem manajemen latihan, itu harus di-top-up betul. Kalau masih ada keluhan itu yang segera harus kita urai," kata dia menambahkan.
Peraih emas cabor angkat besi, Rizki Juniansyah sudah mengusung misi meraih prestasi terbaik lagi di Olimpiade 2028. Kini, saatnya stake holder olahraga memberi dukungan maksimal untuk atlet 21 tahun itu dan semua atlet Indonesia yang bermimpi untuk berprestasi di Olimpiade.
Kesolidan semua stake holder bukan hanya saat selebrasi tetapi dimulai sejak persiapan adalah mutlak. Sehingga, 'American Dream' itu nyata, bukan sekadar angan-angan.
(cas/nds)