Ketika pertama kali tiba di kamp DSA, Leuwiliang, para wartawan disediakan panitia tempat bernaung sebuah saung yang lebih mirip rumah kecil lengkap dengan dua buah kamar mandi di dalamnya. Tidur pun di atas kasur empuk yang tersedia sebanyak 10 buah.
Apa yang didapat para wartawan jauh "lebih mewah" ketimbang apa yang didapat oleh para peserta. Selain tidur di dalam tenda, di alam terbuka, mereka juga harus berbagi ruang. Satu tenda peserta dihuni oleh tiga orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya semalam di Ciawi, rombongan DSA pun pindah ke kamp di Jatiluhur. Nah, di sinilah para wartawan menginap di sebuah tenda yang mirip barak tentara. Tidur pun tak lagi di atas kasur. Jika Anda pernah menyaksikan film bergenre perang, pasti sudah tidak asing lagi dengan tenda berwarna hijau yang cukup luas dengan jejeran tempat tidur lipat.
"Kalau di Leuwiliang lebih enak karena kamar mandinya ada di dalam, tidurnya juga di kasur. Airnya juga lebih dingin," ujar salah seorang rekan wartawan ketika berbincang dengan detiksport.
Well, namanya juga berpetualang dan kamping, hal seperti ini tentu saja adalah hal yang lumrah. Apalagi event ini bernuansa "adventure", mungkin agak kurang pas juga jika selalu bernaung di bawah atap yang seperti rumah, begitu pikir saya. (roz/din)