Undian Piala Sudirman 2017 yang digelar Maret lalu membuat barisan Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) manggut-manggut. Percaya enggak percaya, tapi mau tidak mau harus tetap menerima.
Indonesia menjalani kocokan drawing dalam ajang beregu bulutangkis dua tahunan yang akan dihelat di Godl Coast mulai 212-28 Mei sebagai unggulan keenam. Saat lotere dilemparkan, pasukan Merah Putih menempati Grup D bersama unggulan kedua, Denmark, dan unggulan kesembilan, India.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum undian dilakukan, Indonesia sudah dipastikan tak bisa menurunkan kekuatan terbaik yang dimiliki. Indonesia kehilangan ganda putri terbaik. Nitya Krishinda Maheswari, pasangan Greysia Polii, yang meraih medali emas Asian Games 2014. Dia masih menjalani pemulihan karena operasi.
Dalam perjalanannya, Indonesia harus kembali kehilangan satu pemain pilar. Liliyana Natsir tak bisa bermain karena dibekap cedera.
Drawing yang tak lagi bisa diubah dan kehilangan dua pilar bisa jadi membuat PBSI tak cuma manggut-manggut. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, mungkin sampai pening. Sebab, di awal tahun PBSI bilang kalau Piala Sudirman adalah salah satu sasaran utama tahun 2017 ini di samping All England dan SEA Games Kuala Lumpur.
Apalagi, jika berkaca hasil-hasil pertemuan pada turnamen Piala Thomas-Uber belakangan ini. Indonesia pernah dibikin keki oleh India dan Denmark. Ya! India dan Denmark.
***
![]() |
Ayo buka ingatan baik-baik.
Dua tim itu adalah kekuatan lama bulutangkis. Denmark dan India konsisten tampil dalam ajang beregu ataupun memunculkan pebulutangkis-pebulutangkis kelas dunia.
Jangan lupa juga jika Denmark dan India menjadi mimpi buruk Indonesia baru-baru ini. Satu di Piala Thomas 2016 Kunshan, satu lagi pada Piala Uber 2014 di Wuhan.
Piala Thomas dan Uber memang berbeda dari Piala Sudirman. Piala Thomas dan Uber adalah turnamen beregu putra dan putri sedangkan Sudirman Cup menjadi ajang beregu campuran. Namun, ada pelajaran yang bisa diambil oleh PBSI dari Piala Thomas dan Piala Uber untuk menghadapi Piala Sudirman nanti jika tak ingin tersingkir dini. Sesuai peraturan hanya dua tim terbaik yang berhak lolos ke babak knock out Piala Sudirman.
Masih belum hilang dari ingatan kan, saat Denmark melukai Indonesia pada Piala Thomas 2016. Denmark menjadi juara Piala Thomas 2016 setelah menundukkan Indonesia 3-2.
Kala itu, Ihsan Maulana Mustofa sebagai penentu kandas di tangan Hans-Kritisian Vittinghus. Indonesia pun harus puas menjadi runner-up.
Bukan hanya Ihsan yang keok dari para pemain tunggal putra Denmark. Tommy Sugiarto dikalahkan Viktor Axelsen, Anthony Sinisuka Ginting tunduk di tangan Jan O Jorgensen.
Yang membikin khawatir, sampai saat ini situasi itu tak berubah. Denmark masih unggul atas Indonesia dalam persaingan tunggal putra. Bahkan, Denmark leluasa memilih nanti dengan mengirimkan empat pemain tunggal putra yang dimiliki: Axelsen, Jorgensen, Vittinghus, dan Anders Antonsen.
Indonesia mencuri poin dari dua dari sektor ganda putra, Hendra/Mohammad Ahsan dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Hendra/Ahsan menang atas Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding sedangkan Angga/Riky mengalahkan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.
Padahal alur ke final sudah didapatkan Indonesia sesuai skenario. Sebagai sesama juara grup, Indonesia tak bakal berjumpa dengan China--yang masih ditakuti oleh negara-negara lain--pada babak perempatfinal. Indonesia juga batal jumpa China pada babak semifinal setelah China dikalahkan Korea.
Saat juara makin dekat, Indonesia terpeleset di kaki Denmark. Trofi Piala Thomas pun lepas dari rengkuhan.
Menilik persaingan partai per partai pada Piala Thomas itu menjadi sebuah situasi yang mirip dengan Piala Sudirman kali ini, bukan? Indonesia bisa mengandalkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon untuk mendapatkan poin pembuka dan tunggal putri dengan Fitriani yang masih di lebih unggul ketimbang Line Kjaersfeldt.
Kekuatan Praveen Jordan/Debby Susanto dan Della Destiara Haris dan Rosyita Eka Putri Sari yang mestinya menjadi kewaspadaan Indonesia atas Denmark. Sebab, Denmark memiliki ganda campuran yang ganda putri yang cukup kuat, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dan Kamilla Rytter Juhl dan akan bermain dengan Christinna.
Indonesia akan menghadapi Denmark dalam laga kedua, Rabu (24/5/2017). Sebelum bertarung dengan Denmark, Indonesia lebih dulu ditunggu India.
![]() |
Serupa dengan Denmark, India--negeri jajahan Inggris itu--pernah benar-benar mempermalukan Indonesia. Kejadian tersebut menimpa Hendra Setiawan dkk. saat tampil pada Piala Uber 2014 yang dihelat di New Delhi.
Merasa di atas angin, Indonesia menyambut hasil undian babak perempatfinal dengan tepuk tangan tanda gembira kalau Indonesia 'hanya' berjumpa India. Bukankah tepuk tangan itu bukan tanda gembira? Tapi lebih kepada rasa arogan yang muncul atas India?
Lolos sebagai runner-up Indonesia memang tinggal menunggu nasib kocokan drawing dengan para juara grup. Waktu itu, selain India, mereka yang menjadi juara grup adalah Jepang, China, dan Korea.
Di antara empat juara grup itu, India memang kurang diunggulkan. Makanya, ditunggu-tunggu agar drawing mempertemukan Indonesia dengan India.
Tapi, ternyata hitungan di atas kertas berbeda dengan di atas lapangan. PBSI barangkali lupa kalau India adalah tuan rumah.
Sudah begitu, India bermain cerdik. Mereka memaksa order of play tak normal demi bisa mencuri poin lewat para pemain tunggal putri yang memang lebih meyakinkan ketimbang Linda Wenifanetri dkk. Saina diturunkan dalam dua nomor tunggal dan ganda. mereka pun bisa memainkan dua tunggal lebih dulu dan satu ganda.
Ya, waktu itu India mempunyai satu tunggal putri yang tengah on fire Saina Nehwal. Selain itu, India diperkuat Pusarla Venkata Sindhu yang tengah naik daun. Kini dia nomor empat dunia. India memastikan gelar juara setelah Jwala Gutta/Ashwini Ponnappa mengalahkan Greysia/Nitya.
Melihat kekuatan Indonesia saat ini, setelah Linda pensiun, tunggal putri Indonesia belum juga bisa mendekati pencapaian para pemain tunggal putri India. Hati-hati pula dengan mental India yang bisa jadi terdongkrak berkat kemenangan di Piala Uber tahun 2014 itu.
Dua turnamen beregu yang bisa menjadi sebuah pelajaran penting untuk skuat Indonesia ke Piala Sudirman bukan? Bahwa skuat mumpuni memang harus dimiliki, namun Denmark dan India membuktikan kalau kecerdikan menyusun strategi juga menjadi modal penting.
Satu lagi, Indonesia dilarang jemawa menghadapi tim manapun. Selamat berjuang, Ahsan dkk!
(fem/din)