Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya, mengatakan KBRI bersama Kementerian Luar Negeri bakal terus berjuang sampai akhir untuk memastikan tidak ada diskriminasi bagi tim bulutangkis RI di All England.
Hal itu disampaikan Desra usai melakukan koordinasi intens dengan pihak-pihak terkait dan mendapat arahan langsung dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
"Saya ingin pastikan instruksi Ibu Menlu kepada kami jelas sekali bahwa saya dan tim KBRI berjuang secara maksimal memastikan tidak ada diskriminasi, transparasi, dan fair," kata Desra dalam jumpa pers virtual, Kamis (18/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah hal itu pun sudah dilakukan KBRI sejak Rabu (17/3) waktu setempat. KBRI meminta kejelasan Dubes Inggris di Jakarta untuk melakukan klarifikasi National Health Service (NHS) alasan notifikasi email untuk melakukan isolasi mandiri hanya diberikan kepada beberapa peserta, dan bukan semua.
"Kejelasan negara lain yang tidak dikarantina kenapa dan bagaimana. Kejelasan pesawat terkait duduk di mana sebagai isolasi mana yang tidak. Ini perlu kejelasan otoritas yang berwenang. NHS merespons dan kembali ke kita dan perlu waktu," dia menjelaskan.
Tak hanya itu, KBRI juga telah berkomunikasi dengan Kepala Departemen Kemenlu Inggris untuk Asia Tenggara, Sarah Cooke, yang menekankan untuk pentingnya tidak ada diskriminasi, pembedaaan, dan pentingnya transparasi.
Dalam kesempatan itu, Cooke menjanjikan adanya tindak lanjut terkait data detail pesawat, tanggal ketibaan, tanggal PCR, dan nama identitas pemain lain yang ditenggarai enequal.
"Prinsip Indonesia tidak ada diskriminasi, unfair treatment, dan transparansi. Opsi pertama memberikan kesempatan PCR kepada atlet Indonesia dan tim pendukung atlet INdonesia dan tim pendukung hari ini secepatnya dengan hasil segera," kata Desra.
"Kita lihat hasilnya apa, tapi apapun hasilnya kami menghormati karena itu fakta. Kalau memang pemain dan pelatih sudah berinteraksi di All England, perlu dipertimbangkan agar All England di-suspend. Semua diberikan treatment yang sama. Setelah 10 hari bisa dimulai lagi," sebut Desra.
Ia mencontohkan Australia Open cabang olahraga tenis yang menerapkan hal sama. "Opsi kedua, kalau angka positif diderita atlet dan pelatih cukup masif maka hentikan saja All England karena tidak ada urgency. Kepentingan menjaga kesehatan seluruh atlet."
Lebih lanjut, Desra menjelaskan, KBRI juga telah berkomunikasi anggota parlemen Inggris, agar melakukan opsi-opsi tersebut.
"Saya segera melayangkan surat cukup keras kepada Presiden BWF Poul Erik dan Chief Executif Badminton England, yang isinya menyatakan kekecewaan mendalam atas penarikan tim Indonesia dalam turnamen All England."
"Kami kecewa panitia penyelenggara begitu menerima email percaya saja tapi tidak berupaya cari solusi supaya tidak timbul sebagai diskriminasi. Sebagai contoh, dalam surat di Inggris ini ada Liga Premier, praktiknya terjadi di Manchester City, satu pemain positif, bukan berarti satu tim tidak boleh main."
"Saya tekankan tiga poin opsi yang harus dipertimbangkan dengan serius oleh BWF dan panitia penyelenggara dari Inggris."
"Setelah ini saya akan telepon Poul Erik menekankan pesan sangat keras kepada pihak Inggris. Saya katakan, badminton memang berasal dari Inggris, tapi jangan lupa ratusan juta penggemar dari Indonesia. Saya tidak mau isu ini jadi hambatan hubungan bilateral Indonesia-Inggris," dia menegaskan.
Simak video 'Opsi Dubes RI untuk Inggris, Hentikan Sementara All England':