Gabriela & Stefani Stoeva dulu bermain bulutangkis hanya iseng-iseng, sekadar mengisi waktu. Siapa sangka, kini mereka menjadi bintang bulutangkis top.
Lahir dan tumbuh besar di sebuah kota kecil Bulgaria, Gabriela & Stefani Stoeva dulu tak punya banyak pilihan kegiatan. Bulutangkis jadi hiburan kala senggang.
Gabriela Stoeva dan Stefani Stoeva lahir di kota bernama Haskovo, Bulgaria. Keduanya bukan dari keluarga atlet, karena orang tuanya hanya bekerja di toko olahraga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bulutangkis sendiri hanya salah satu opsi mengisi waktu senggang keduanya, yang tak dipikirkan terlalu serius saat itu. Mereka kemudian gabung klub bulutangkis sekolah untuk menambah kegiatan, yang ternyata kemudian membawa mereka ke level dunia.
Baca juga: Stoeva Bersaudara Nikmati Hangatnya Bali |
Gabriela dan Stefani, yang bermain sebagai pasangan ganda putri, kemudian sukses memenangi Kejuaraan Eropa Junior pada 2013. Dari sana, kariernya pelan-pelan naik, hingga memenangi Kejuaraan Eropa dua kali pada 2018 dan 2021.
Mereka juga berhasil merebut enam titel BWF World Tour sejauh ini. Pilihan iseng-iseng semasa kecil itu rupanya membawa ganda putri peringkat 11 dunia tersebut menemukan jalan hidupnya.
"Kami berasal dari kota yang sangat kecil di Bulgaria. Zaman itu belum ada internet, komputer, telepon genggam, jadi satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah belajar dan berolahraga, karena kalau enggak akan bosan banget," kata Gabriela Stoeva dalam wawancara di The Westin Resort, Nusa Dua, Minggu (14/11/2021) siang WITA, jelang Indonesia Masters 2021.
"Dunia berubah ketika internet muncul, dan segala sesuatunya berbeda sekarang. Tapi di masa itu, perlu ada sesuatu yang dikerjakan dan bersama teman-teman kami, sewaktu kecil, kan pasti penginnya main bareng-bareng ya, kami mulai bermain bulutangkis, buat main-main aja dan sekarang jadi pekerjaan," sambungnya.
Keputusan untuk bermain ganda putri dengan saudara sekandung sendiri datang natural begitu saja. Itu hasil dari kebiasaan orang tua, yang tak membiarkan mereka berdua saling berjauhan. Tapi berpasangan di lapangan dengan saudara kandung sendiri juga tak mudah, karena seiring bertambahnya umur, karakter dan pola pikir berubah.
"Orang tua sih (ide untuk bermain ganda). Mereka tak pernah memisahkan kami. Kami melakukan segalanya bersama-sama, bukan cuma di bulutangkis. Tapi ketika tumbuh besar, karakter kami sangat berbeda jadi kami lebih sering berantem sekarang hahahaha," Gabriela tertawa.
"Tapi itu normal sih buat kakak-adik cewek," sahut Stefani.
Soal Indonesia, ada satu hal yang membuat Gabriela dan Stefani begitu suka. Bulutangkis begitu meriah di sini, terutama ketika bermain di Istora Senayan.
Sayangnya, pandemi membuat mereka belum bisa menikmati atmosfer partai bulutangkis yang sesungguhnya di sini. Sebagaimana para pebulutangkis lainnya, seperti Kento Momota dan Anders Antonsen, Stoeva bersaudara merindukan teriakan-teriakan lantang dari tribune di Indonesia.
"Bulutangkis di Bulgaria itu tidak terlalu populer. Sejujurnya kami sangat senang melihat bagaimana bulutangkis di sini, di Indonesia, karena sangat populer," ungkap Gabriela.
"Tentu saja kami akan merindukan kerumunan penontonnya. Karena waktu pertama kali kami ke sini kami terkejut dengan kerumunan suporternya, dan sebenarnya kalau Anda lebih sering melihatnya, rasanya menyenangkan menyaksikan begitu banyak orang memberikan dukungan, jadi sangat asyik."
"Saya harap berikutnya, ketika segala sesuatunya sudah normal, tidak ada COVID, kami bisa melihat kembali kerumunan suporter," ujarnya.