Bulutangkis Indonesia segera menatap turnamen-turnamen Eropa mulai Oktober mendatang. Para atlet diminta cepat-cepat beradaptasi terutama terkait shuttlecock yang akan digunakan.
Seperti diketahui, Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI Rionny Mainaky sempat membeberkan alasan di balik gagalnya target Indonesia saat mengikuti turnamen di Jepang.
Eks Kepala Pelatih Timnas Jepang itu menyebut, evaluasi terpentingnya ialah bagaimana penyesuaian atlet dengan kondisi lapangan dan shuttlecock, terutama yang lajunya lambat sehingga menyulitkan para pemainnya menerapkan pola permainan.
Tantangan itu pun bukan tak mungkin bakal dirasakan Jonatan Christie dkk kembali di Denmark Open dan French Open yang berlangsung bulan depan. Apalagi, ciri khas bola -bola di Eropa rata-rata berat.
Soal itu, pelatih tunggal putra Irwansyah mengatakan akan mempersiapkan para pemainya lebih matang lagi.
"Sebenarnya itu bukan alasan dan atlet harus sudah terbiasa. Sebab, enggak gampang dapat bola kencang, apalagi menang dan kalah angin," kata Irwansyah kepada detikSport.
"Artinya, namanya pemain untuk menjadi juara harus tahu mengatasinya karena di latihan sudah antisipasi dan selalu dibicarakan. Kalau menang dan kalah angin bagaimana, jadi tak ada alasan, 'Oh bolanya berat atau apa' karena musuh juga merasakan yang sama."
"Tapi itu akan tetap kami persiapkan semaksimal mungkin nanti untuk di tur Eropa nanti. Tinggal di lapangannya seperti apa, seperti mengatasi bola, angin, lampu yang begitu terang banget," ujarnya.
"Ya, insya Allah bisa. Sebab sama-sama susah, artinya musuh juga merasakan hal yang sama. Tinggal siapa paling siap dan memang sebagai pemain harus mampu cepat beradaptasi," ujarnya.
Simak Video "French Open 2021: Marcus/Kevin Gagal di Final, Jepang Sabet 3 Gelar"
[Gambas:Video 20detik]
(mcy/cas)