Ini Saran Agar Venue Asian Para Games Ramah Disabilitas

Ini Saran Agar Venue Asian Para Games Ramah Disabilitas

Mercy Raya - Sport
Jumat, 28 Sep 2018 20:48 WIB
Kemensos sedang meninjau venue Asian Para Games 2018 (Agung Pambudhy/detikSport)
Jakarta - Asian Para Games 2018 dimulai pekan depan. Namun sampai kini venue belum bisa dikerjakan dan tidak sepenuhnya ramah penyandang disabilitas.

Multievent atlet-atlet difabel ini digelar mulai 6 sampai 13 Oktober 2018. Ada 18 cabang yang dipertandingkan di Jakarta dan Sentul.

Panitia pelaksana penyelenggaraan Asian Para Games menggunakan waktu yang tinggal hitungan hari dengan melakukan peninjauan untuk mengecek kesiapan beberapa hal. Termasuk kesiapan panpel, fasilitas atlet disabilitas, dan aksesbilitas. INAPGOC meninjau venue panahan dan bulutangkis di Istora.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Analis Kebijakan Kementerian Sosial Eva Rahmi Kasim memberikan masukan setelah ia menjajal dan meninjau venue khususnya lapangan panahan. Eva merupakan pengguna kursi roda.

"Kalau di sini (lapangan panahan) lumayan akses. Cuma di sini belum ada guiding block yang untuk tuna netra dan running text atau simbol lampu untuk kekuarangan pendengaran dan tuna wicara karena mereka biasanya pakai simbol," kata Eva di Lapangan Panahan, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, pada Jumat (28/9/2018).

"Kalau dibilang pasti harus ada itu merupakan komunikasi alternative. Kalau UU 8 tahun 2015 itu bagian dari hak disabilitas," tambahnya.




Hal lainnya yang menjadi masukan Eva terkait kurang lebarnya pintu toilet untuk penyandang disabilitas.

"Pintu disabilitas khusus kursi roda seminimalnya 90 cm. Kemudian pintu kalau bisa pintu geser bukan seperti yang ini berat, jadi tidak bisa sendiri. Tapi katanya akan ada toilet portable tapi saya lihat ada tanggulnya. Mungkin nanti perlu ramp portable. Itu tak susah kok buatnya," dia menjelaskan.

Saat tinjauan muncul permintaan adanya toilet uniseks. Toilet itu penting untuk pengguna kursi roda yang memiliki pendamping namun beda jenis kelamin.




"Yang paling penting fungsinya ada. Jika dibuat unisex tapi tak berfungsi buat apa? Jadi harus lihat fungsinya. Malah sebenarnya universal desain, mau anak, laki-laki, atau perempuan bisa menggunakannya. Itu desain yang sebenarnya," paparnya.



(mcy/mrp)

Hide Ads