Sofbol Juga Belum Terima Uang Saku Pelatnas SEA Games 2019

Sofbol Juga Belum Terima Uang Saku Pelatnas SEA Games 2019

Mercy Raya - Sport
Kamis, 14 Nov 2019 15:33 WIB
Timnas sofbol putri belum menerima uang saku pelatnas sejak September hingga November. (Rifkianto Nugroho/detikSport)
Jakarta - Timnas sofbol putri Indonesia untuk SEA Games 2019 Filipina juga belum menerima uang saku pelatnas. Mereka sudah berlatih sejak September.

Menuju SEA Games 2019, Timnas sofbol putri menjalani persiapan sekadarnya. Sejumlah atlet belum mendapat dukungan selayaknya dalam menjalani pemusatan latihan.

Alih-alih mendapatkan uang saku, 17 atlet sofbol putri bahkan baru dikumpulkan secara sentralisasi pekan lalu di Hotel Atlet Century, Senayan, meskipun latihan dijalani sejak September. Sebelum bersama-sama di Hotel Century, mereka menginap di tempat berbeda-beda untuk menjalani pelatnas saat persiapan ke Shanghai dalam kejuaraan yang sekaligus menjadi ajang Kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo yang dilangsungkan di Shanghai pada September.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelatnas itu minimal dua bulan sebelum sudah sentralisasi satu tim karena itu proses dari kekompakan," kata Kapten timnas sofbol putri, Cresida Mariska, kepada detikSport, Kamis (14/11/2019).


Selain itu, peralatan yang mereka pakai pun bekas Asian Games, yang beberapa di antaranya sudah pakai saat digunakan latihan beberapa hari lalu.

"Uang saku belum dapat dari awal. Berapa bulannya jujur saya kurang paham menghitungnya seperti apa. Peralatan juga tak dapat yang individu. Beberapa hari yang lalu bat-nya juga yang lama, saat latihan itu patah, padahal itu senjata kami untuk SEA Games, tapi belum dapat yang barunya," dia menjelaskan.

"Sepatu pool masih sendiri-sendiri, seragam juga belum ada. Padahal, idealnya setiap multievent sudah berganti dan kami berusaha memahaminya seperti apa. Tetapi tidak dipungkiri nonteknis akan jadi satu kesatuan performa kita. Tapi, sebisa mungkin kami berpikiran positif dengan apa yang kami punya sekarang walau H-2 pekan, dan kami masih berharap ada peralatan baru," dia menjelaskan.

"Mungkin tidak perlu baru semua tapi yang krusial, seperti pemukul bat itu krusial. Beberapa hari yang lalu kami pakai latihan sudah patah dan ada beberapa teman kesulitan untuk mencari sepatu pool. Jadi belum ada pembagian itu," ujar Cresida.

Selepas Asian Games 2018, pelatnas sofbol putri sempat vakum. Kemudian dikumpulkan kembali untuk mengikuti Asia Cup pada Mei 2019. Saat itu, sofbol masuk enam besar dan secara otomatis bisa mengikuti kualifikasi Olimpiade di Shanghai akhir September 2019.

"Setelah itu, mulai desentralisasi, yang sudah pulang ke daerah seperti teman-teman di Papua, latihan di sana. Lalu teman-teman lain yang ikut dari Shanghai tinggal di beberapa tempat, di rumah manajer, ada yang di rumah saya. Saya menampung atlet jateng dan Bandung," Cresida mengisahkan.

Beruntungnya Cresida, meski belum mendapat uang saku pelatnas dia masih memiliki pemasukan lain untuk membiayai kebutuhan hidupnya dalam beberapa bulan sebelumnya. Cresida bekerja di perusahaan swasta bidang sport manajemen.

"Ya pastinya sih beberapa teman kalau khususnya yang di Jakarta ada kerjaan, kami cari cara sendiri, yang teman-teman daerah saling bantu, kami juga ada manajer. Seharusnya ya tidak 100 persen, kalau ada yang bisa beli sendiri, beli sendiri, kalau daerah ya kami ajak makan bareng. Jadi saling menutupi," ujar dia.

Jika dibandingkan persiapan Asian Games 2018, Cresida mengatakan persiapan multievent SEA Games tahun ini berbanding terbalik, bahkan parah. Seperti fasilitas pendukung dari mulai terapi, pelatih internasional, hingga try out mereka jalani.

"Jomplang, lumayan. Asian Games itu waw banget sangat didukung dengan yang tim profesional, dan lengkap selayaknya atlet internasional. Tidak kalah dengan negara-negara lain. Pelatih dari luar, pelatih lokal profesional ada streng and conditioning, ada recovery, dan sekarang kami tak dapat. Try out sekarang tak ada, kalau Asian Games kami masih sempat ke Korea dan Filipina itu dan sekalian dengan training camp," ujarnya.

Meski kondisinya tak maksimal, Cresida mengatakan ia dan rekannya setimnya mematok target emas di multievent Asia Tenggara tersebut.

"Dari manajernya sendiri dan atlet kami sudah sepakat target emas, minimal finalis. Tapi, kami tak membatasi kesepakatan kita. Enggak kami jadikan alasan (belum terima uang saku dan persiapan minimalis), yang namanya atlet harus ada fondasi mental walau sampai dua pekan ke SEA Games kami tetap berharap mendapat fasilitas yang lebih baik lagi," katanya.


Hide Ads