Menuju SEA Games 2019, Timnas sofbol putri menjalani persiapan sekadarnya. Sejumlah atlet belum mendapat dukungan selayaknya dalam menjalani pemusatan latihan.
Alih-alih mendapatkan uang saku, 17 atlet sofbol putri bahkan baru dikumpulkan secara sentralisasi pekan lalu di Hotel Atlet Century, Senayan, meskipun latihan dijalani sejak September. Sebelum bersama-sama di Hotel Century, mereka menginap di tempat berbeda-beda untuk menjalani pelatnas saat persiapan ke Shanghai dalam kejuaraan yang sekaligus menjadi ajang Kualifikasi Olimpiade 2020 Tokyo yang dilangsungkan di Shanghai pada September.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, peralatan yang mereka pakai pun bekas Asian Games, yang beberapa di antaranya sudah pakai saat digunakan latihan beberapa hari lalu.
"Uang saku belum dapat dari awal. Berapa bulannya jujur saya kurang paham menghitungnya seperti apa. Peralatan juga tak dapat yang individu. Beberapa hari yang lalu bat-nya juga yang lama, saat latihan itu patah, padahal itu senjata kami untuk SEA Games, tapi belum dapat yang barunya," dia menjelaskan.
"Sepatu pool masih sendiri-sendiri, seragam juga belum ada. Padahal, idealnya setiap multievent sudah berganti dan kami berusaha memahaminya seperti apa. Tetapi tidak dipungkiri nonteknis akan jadi satu kesatuan performa kita. Tapi, sebisa mungkin kami berpikiran positif dengan apa yang kami punya sekarang walau H-2 pekan, dan kami masih berharap ada peralatan baru," dia menjelaskan.
"Mungkin tidak perlu baru semua tapi yang krusial, seperti pemukul bat itu krusial. Beberapa hari yang lalu kami pakai latihan sudah patah dan ada beberapa teman kesulitan untuk mencari sepatu pool. Jadi belum ada pembagian itu," ujar Cresida.
Selepas Asian Games 2018, pelatnas sofbol putri sempat vakum. Kemudian dikumpulkan kembali untuk mengikuti Asia Cup pada Mei 2019. Saat itu, sofbol masuk enam besar dan secara otomatis bisa mengikuti kualifikasi Olimpiade di Shanghai akhir September 2019.
"Setelah itu, mulai desentralisasi, yang sudah pulang ke daerah seperti teman-teman di Papua, latihan di sana. Lalu teman-teman lain yang ikut dari Shanghai tinggal di beberapa tempat, di rumah manajer, ada yang di rumah saya. Saya menampung atlet jateng dan Bandung," Cresida mengisahkan.