Open Stadium, gerakan yang menginisiasi agar perempuan di Iran diperbolehkan menonton pertandingan olahraga di stadion, mengklaim Federasi Sepakbola Iran masih belum terbuka soal penjualan tiket. Para perempuan bahkan tahunya dari media sosial.
Masih ada kekhawatiran terkait kebijakan perempuan diperbolehkan ke stadion ini. Open Stadium mempertanyakan bagaimana tindakan ketika ada ibu yang membawa putranya, sebab duduknya akan dipisah, dan terkait perlakuan pada penyandang disabilitas. Amnesty International juga menyoroti begitu sedikit tiket yang dijual.
"Keputusan Iran mengizinkan sejumlah wanita masuk ke stadion untuk pertandingan sepakbola nanti adalah aksi publisitas yang sinis oleh pihak berwenang, yang dimaksudkan untuk menutupi citra mereka setelah mendapat protes global atas kematian tragis Sahar Khodayari," ujar Philip Luther, Timur Tengah Amnesti dan Afrika Utara Direktur Penelitian dan Advokasi Amnesty Timur Tengah dan Afrika Utara dalam pernyataannya.
Sebelumnya, desakan agar perempuan diperbolehkan menonton sepakbola langsung ke stadion menguat usai Sahar Khodayari, 29 tahun, tewas usai menderita luka karena membakar dirinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Larangan Iran terkait perempuan menyaksikan pertandingan olahraga di stadion sudah diberlakukan sejak 1979 atau sejak era Revolusi Islam. Kini, setelah 40 tahun, perempuan bisa dengan bebas datang ke stadion lagi.
Tahun lalu, larangan menonton sepakbola di stadion untuk perempuan sempat dicabut Iran. Namun pada Juni, para perempuan dilarang lagi datang ke stadion.
FIFA sendiri akan mengirim orang ke laga Iran vs Kamboja untuk memastikan perempuan-perempuan benar-benar diperbolehkan datang ke stadion.