Diego Maradona lahir dan tumbuh di lingkungan kelas pekerja. Latar belakangnya itu membuat dirinya bersimpati dengan gerakan-gerakan kiri Amerika Latin.
Maradona wafat pada Rabu (25/11/2020) malam WIB di kediamannya di Buenos Aires, Argentina, akibat henti jantung. Dia mengembuskan napas terakhir dalam usia 60 tahun.
Kiprah Maradona di jagat sepakbola sudah tidak perlu diragukan. El Pibe d'Oro mampu membawa Timnas Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986, serta berhasil mengangkat Napoli dari tim semenjana menjadi raksasa Italia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar lapangan, Maradona adalah sosok yang penuh dengan kontroversi. Mulai dari kecanduannya dengan obat-obatan, kehidupan malamnya, hingga pandangan politiknya yang beraliran sosialis.
Simpati Diego Maradona kepada sosialisme bukan muncul tanpa sebab. El D10S lahir dan dibesarkan dari keluarga kelas pekerja Argentina yang tinggal di kawasan kumuh Vila Fiorito, Buenos Aires.
Latar belakangnya sebagai kaum papa turut membuat Maradona jatuh cinta dengan Boca Juniors, tim kelas pekerja Buenos Aires. Dia lebih memilih bergabung dengan La Boca ketimbang River Plate, klub kaum elit Argentina, pada 1981.
Pilihan serupa kembali dilakukannya saat berkarier di Eropa. Maradona lebih memilih bergabung ke Napoli, klub semenjana di Selatan Italia, ketimbang tawaran dari tim-tim Italia Utara yang kaya raya semisal Juventus, AC Milan, serta Inter Milan.
Pandangan politik Maradona semakin mencolok ketika dirinya berkenalan dengan pemimpin Kuba, Fidel Castro, pada 1987. Dia kemudian menjalin hubungan akrab dengan Castro, serta mendukung politik Kuba melawan imperialisme Amerika Serikat.
Kecintaan Maradona kepada Castro ditunjukkannya dengan merajah gambar wajah El Commandante di kaki kirinya. Maradona turut membuat tato bergambar wajah companeros (kamerad) Castro selama Revolusi Kuba, Che Guevara, di lengan kanannya.
Tidak hanya Castro, Maradona juga dekat dengan pemimpin negara-negara sosialis Amerika Latin. Dia berhubungan baik dengan Hugo Chavez dan Nicolas Maduro dari Venezuela, Evo Morales (Bolivia), serta Daniel Ortega (Nicaragua).
"Hugo Chavez mengubah cara berpikir Amerika Latin. Kami sebelumnya harus tunduk kepada Amerika Serikat dan dia menunjukkan kepada kami kalau kami bisa berdikari," kata Diego Maradona tentang Chavez, dilansir dari Telesport.
(bay/krs)