Thomas Tuchel dipecat Paris Saint-Germain. Ada dugaan PSG memberhentikan Tuchel karena sebuah wawancara dengan salah satu media Jerman.
Dalam wawancara bersama Sport1, Tuchel menyatakan tidak merasa telah diberi cukup pujian karena membawa PSG ke final Liga Champions pada Agustus 2020. Tuchel juga berbicara tentang aspek pekerjaan lain yang tidak akan dia awasi lagi.
"Kami tinggal satu pertandingan lagi untuk juara Liga Champions. Tapi, saya tidak pernah merasa mendapat pujian yang pantas kami terima," kata Tuchel, yang dikutip oleh Marca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu terkadang membuat sedikit sedih dan kesal. Anda memenangkan liga di sini tidak dianggap memenangkan liga setinggi Bayern Munich memenangkan liga mereka, contohnya seperti itu. Saya kira itu adalah segi klub dengan ekspektasi yang begitu tinggi," sambungnya.
Baca juga: PSG Pecat Pelatih Thomas Tuchel! |
Pekerjaan Tuchel di Paris Saint-Germain tentu tak mudah. Banyaknya bintang di klub asal Paris itu membuatnya kesulitan mengatur tim, terlebih dia merasa lingkungan di PSG sudah melewati batas dari sepakbola.
"Kadang-kadang sangat mudah, di waktu lain itu tantangan besar. Terutama karena pengaruh yang lebih dari sekadar tim. Karena itu, sulit untuk membuat para pemain besar senang, dan itu penting - untuk dapat menuntut sesuatu dari mereka," Tuchel mengungkapkan.
"Saya pikir itu memalukan bagi para pemain bahwa penampilan tim yang sangat penting diabaikan. Orang-orang juga selalu mengatakan bahwa kami hanya menang karena kami memiliki Angel di Maria, Kylian Mbappe atau Neymar. Tapi, orang-orang itu tidak menghargai disiplin atau intensitas yang ada dalam permainan kami."
"Pada akhirnya, Anda tidak bisa mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain. Anda harus percaya pada diri sendiri dan tidak bergantung pada persetujuan orang lain terhadap Anda. Tidak ada tempat untuk mengasihani diri sendiri."
"Saya hanya suka sepakbola. Di klub seperti ini, ini bukan hanya tentang sepakbola. Kadang-kadang menjadi masalah besar tentang satu pergantian yang saya buat. Saya hanya ingin menjadi seorang pelatih. Saya bisa melakukannya di mana saja, bahkan dengan setengah cuplikan dan DVD pertandingan untuk ditonton," Tuchel menegaskan.
Tuchel kemudian meluruskan wawancara tersebut setelah PSG mengalahkan Strasbourg 4-0 di Ligue 1, Kamis (24/12/2020) dini hari WIB. Dia menilai wawancaranya sudah disalahartikan.
"Saya tidak mengatakan ini lebih tentang politik daripada olahraga, atau bahwa saya kehilangan kesenangan saat melatih. Ini tidak benar. Mungkin saja mereka salah menerjemahkan," katanya kepada Canal + .
"Tonton video wawancaranya. Saya hanya mengatakan bahwa PSG unik dan itu tantangan besar bagi saya. Selalu seperti itu. Saya suka tantangan ini dan tidak ada yang berubah."
Tuchel kemudian menjelaskan ulang terkait wawancara itu pada konferensi pers pasca laga. Tuchel merasa ada pernyataan yang seharusnya tidak disiarkan karena cuma sekadar candaan.
"Saya memberikan wawancara video kepada seorang jurnalis yang menyuruh saya untuk membuat cerita tentang pelatih Jerman," ujar Tuchel.
"Ini bukan wawancara untuknya. Itu tidak diperbolehkan. Saya membuat lelucon dalam bahasa Jerman. Terjemahan tidak benar. Kami tidak dapat menerjemahkan kata demi kata. Itu adalah lelucon saat kami berbicara dan itu tidak diperbolehkan," tegasnya.
Klarifikasi Thomas Tuchel pada akhirnya tidak ada gunanya. Paris Saint-Germain sudah memutuskan mendepak mantan juru taktik Borussia Dortmund tersebut.
(ran/krs)