Mesut Oezil bersimpati kepada Bukayo Saka yang jadi sasaran pelecehan rasial usai penaltinya gagal di final Euro 2020. Oezil menyebut Saka pantas dapat respek.
Inggris dikalahkan Italia di final Euro 2020 di Stadion Wembley pada 11 Juli lalu. Usai bermain imbang 1-1 hingga extra time, The Three Lions akhirnya kalah 2-3 dalam adu penalti.
Bukayo Saka jadi salah satu eksekutor Inggris dalam adu penalti melawan Italia. Diturunkan sebagai penendang terakhir, pemain berusia 19 tahun itu gagal menuntaskan tugasnya dengan sempurna usai bola sepakannya ditepis oleh Gianluigi Donnarumma. Kegagalan Saka itu kemudian jadi penentu kekalahan Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tahu yang dirasakan Bukayo. Saya tahu dari pengalaman saya, bagaimana rasanya penalti gagal," ujar Oezil kepada Sky Sports News.
"Di final, sebagai penendang terakhir, menanggung tanggung jawab dari seluruh negeri sebagai pemain muda, respek. Tidak banyak pemain yang akan berani melakukannya."
Bukayo Saka --serta Marcus Rashford dan Jadon Sancho yang penaltinya juga gagal-- kemudian jadi sasaran pelecehan rasial di media sosial. Oezil berharap mereka tetap tangguh.
"Akan selalu ada orang-orang yang melecehkan secara rasial dan mengkambinghitamkan orang-orang dengan latar belakang berbeda dan warna kulit ketika mereka kalah," kata Oezil.
"Sayangnya akan selalu ada sebagian kecil dari masyarakat yang melakukan penghinaan rasial dan mengancam pemain."
"Kita harus lebih fokus ke pesan-pesan positif yang membuat pemain tetap kuat," ucap mantan pemain Arsenal itu.
Mesut Oezil dan Bukayo Saka pernah main bareng di Arsenal selama dua musim sebelum pemain Jerman itu pindah ke Fenerbahce pada Januari 2021.
Baca juga: Menanti Ledakan Anak-anak Muda Arsenal |