Christian Eriksen sempat kolaps di pertandingan Euro 2020. Wasit Anthony Taylor bercerita bagaimana ia menyaksikan semuanya.
Eriksen kolaps di pertandigan Euro 2020 antara Denmark vs Finlandia di Stadion Parken, Kopenhagen, 12 Juni lalu. Gelandang Inter Milan itu ambruk di lapangan.
Eriksen sempat mendapat perawatan dari petugas medis. Seisi stadion tegang, termasuk sang istri yang ikutan menangis melihat sang suami tergeletak.
Setelah hampir setengah jam, Eriksen akhirnya bisa sadar setelah mendapat pertolongan CPR. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit.
Wasit Anthony Taylor, yang memimpin pertandingan tersebut, bercerita bagaimana ia menyaksikan Eriksen kolaps di depannya. Ia mengaku momen itu jadi membuatnya menghargai hidup.
"Itu membuat Anda menyadari betapa berharganya hidup," kata Taylor di klub lokalnya Altrincham, salah satu dari lebih dari 2.000 penerima Dana Defibrilator Liga Premier.
"Saya berada 10 meter jauhnya, menatap langsung ke arahnya. Tidak ada seseorang di dekatnya. Saya dapat dengan jelas melihat ada sesuatu yang sangat tidak beres."
"Saya telah menyaksikan seseorang menderita serangan jantung mendadak sebelumnya, ketika saya menjadi wasit Burnley dan Newcastle. Salah satu rekan saya, Eddie Wolstenholme, mengalami serangan jantung di ruang ganti," katanya.
Pertandingan Denmark vs Finlandia sendiri akhirnya dilanjutkan, setelah sempat dihentikan. Anthony Taylor mengaku laga itu berjalan lagi setelah Christian Eriksen meyakinkan para pemain.
"Saya ingat dengan jelas sebelum kami membawa tim kembali ke dalam. Seorang petugas keamanan datang kepada saya meminta izin agar istrinya berada di lapangan," tambah Taylor.
"Bagi saya, yang sulit berpikir saat itu, tentu saja mengatakan tidak apa-apa. Ketika sampai pada keputusan untuk memulai kembali permainan, yang merupakan salah satu hal yang diperdebatkan, itu dibuat dengan persetujuan penuh dengan kedua skuad pemain dan federasi."
"Para pemain telah berbicara dengan Christian melalui FaceTime. Christian sebenarnya mengatakan kepada mereka bahwa mereka menyelesaikan permainan. Ini tentu saja merupakan situasi yang paling menantang dalam karier saya, tetapi ini menyoroti pentingnya menangani orang dan emosi."
"Orang-orang berpikir wasit tidak punya hati dan hanya ada di sana untuk merusak sore hari, tetapi intinya di sini adalah memahami bagaimana perasaan dan reaksi orang-orang," katanya.
Taylor juga menepis anggapan dirinya menjadi pahlawan di momen genting itu. Ia menekankan, dokter tetap sosok paling penting saat menyelamatkan Eriksen.
"Ini lebih ke soal memahami orang-orang dan mengatur emosi, daripada membuat keputusan sepersekian detik. Kekhawatiran saya adalah untuk para pemain dan tim saya."
"Pahlawan sebenarnya adalah para dokter yang melakukan kompresi dan Simon Kjaer yang memulainya. Peran saya sedikit bergeser, Anda menjadi pusat manajemen krisis. Sangat rendah hati untuk dipuji tetapi saya tegaskan - satu-satunya hal yang saya lakukan adalah memanggil dokter," jelasnya.
(yna/pur)