Qatar Eksploitasi Pekerja Piala Dunia 2022, Infantino: Eropa Duluan!

Qatar Eksploitasi Pekerja Piala Dunia 2022, Infantino: Eropa Duluan!

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Minggu, 20 Nov 2022 00:00 WIB
DOHA, QATAR - NOVEMBER 19: FIFA President, Gianni Infantino Speaks Ahead of Opening Match of the FIFA World Cup Qatar 2022 at a press conference on November 19, 2022 in Doha, Qatar. (Photo by Christopher Lee/Getty Images)
Presiden FIFA Gianni Infantino serang balik negara barat pengkritik Piala Dunia 2022 (Getty Images/Christopher Lee)
Doha -

Presiden FIFA Gianni Infantino menyerang balik pihak Barat terkait tuduhan eksploitasi pekerja di Piala Dunia 2022. Menurutnya, Eropa sudah melakukannya sejak lama.

Piala Dunia 2022 tinggal berjarak kurang dari 24 jam saat duel Qatar vs Ekuador di Al Bayt Stadium, Minggu (20/11/2022) malam WIB dihelat.

Ini adalah Piala Dunia pertama dihelat di Jazirah Arab sehingga mengundang banyak kontroversi, jauh sebelum turnamen dimulai. Persoalan HAM jadi fokus utama karena Qatar dituding memeras tenaga para pekerja imigran dan tidak diberi bayaran sesuai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Simak kumpulan informasi Piala Dunia 2022 di sini!

Alhasil, banyak pekerja imigran yang tewas dan Qatar seperti acuh dengan fakta menyedihkan itu. Belum lagi terkait larangan soal LGBTQ+ dan minuman beralkohol yang ditentang banyak pihak.

Kondisi ini membuat Qatar diserang habis-habisan termasuk para pesepakbola sendiri. Qatar pun dituding menggunakan jasa buzzer untuk menyerang balik para pengkritiknya.

ADVERTISEMENT

Terkait isu eksploitasi pekerja di Qatar, Gianni Infantino selaku Presiden FIFA pasang badan. Menurutnya, apa yang dilakukan Qatar itu sudah lebih dulu dilakukan negara-negara Eropa sejak lama.

Oleh karenanya, ketika mereka diminta berkaca pada diri sendiri, sebelum memberikan pelajaran soal moral.

"Apa yang kami sebagai bangsa Eropa lakukan selama 3.000 tahun, kami harus meminta maaf untuk itu selama 3.000 tahun ke depan sebelum memberikan pelajaran soal moral," ujar Infantino seperti dikutip CNN.

"Reformasi dan perubahan itu butuh waktu lama. Butuh waktu ratusan tahun di seluruh negara kami di Eropa. Butuh waktu di manapun kok, satu-satunya cara untuk mendapatkan hasil terbaik adalah dengan merangkul, bukan mengkritik."

"Kritik yang ada tidaklah adil. Apalagi pihak Barat selalu punya standar ganda."

(mrp/bay)

Hide Ads