"Pokoknya kita harus bersatu nanti akan kita kepung Polda," ucap Koordinator Bonek, Andi Peci.
Andi menjelaskan pengepungan karena Polda Jatim adalah representasi Bhayangkara FC, yang pada kongres hari ini menggunakan hak Persebaya Surabaya sebagai voter pemilihan ketum pssi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya persoalan sepabola ini harusnya sudah clear di Kongres 10 November, soal dualisme dan soal hak. Tapi ini kan anti klimaks. Anti klimaks dari apa yang pernah dijanjikan oleh PSSI dan apa yang pernah dikomitmenkan oleh pemerintah, karena tidak tercapai.
Artinya klub yang belum dipulihkan ini kan menyisakan masalah dan pasti akan panjang," kata Andi di hadapan ratusan Bonek yang berkumpul di Stadion Tugu.
Untuk itulah, dalam pekan ini, pihaknya akan kembali melakukan gerakan besar di Surabaya.
"Kami akan melakukan gerakan yang cukup besar di Surabaya karena kenapa? Faktor Persebaya tercatat sebagai voters, tapi dipakai oleh Bhayangkara FC,"
"Itu yang sebenarnya juga kami sampaikan kepada pemerintah. Ini model revolusi sepkbola seperti apa. Memang pemerintah tidak boleh intervensi dalam persoalan ini. Tapi kalau itu melanggar prinsip fairplay dan banyak hal soal apa yang dicita- citakan pemerintah soal reformasi sepakbola Indonesia akan mentah saat ini,"
"Ya Bonek akan terus berjuang karena Bonek meyakini kami benar sampai sekarang. Tidak ada yang keliru. Kebenaran itu dari hasil pengadilan yang memenangkan kami. Harusnya Siapapun tidak boleh memakai Persebaya Surabaya atas nama PT Persebaya Indoneaia. Tidak boleh siapapun. Cuma tadi kan mengangkangi hukum yang ada di Indonesia."
Selain menggeruduk Polda Jatim, bonek juga meminta Menpora untuk melakukan pembekuan kedua kepada PSSI.
"Ya kami masih berkomunikasi dengan Kemenpora. Tapi posisi kami dalam posisi memahami dan tidak memahami," kata Andi.
Memahami dalam arti, lanjut dia, pemerintah memang tidak bisa intevensi dalam kongres karena ada peraturan AFC dan FIFA. "Tapi kami tidak memahami kenapa dengan tahu bahwa itu keliru karena sudah kami sampaikan kenapa masih dibiarkan," tanya dia.
"Saya pikir pembekuan PSSI ulang dengan model administrasi yang lebih bagus daripada pembekuan pertama. Pembekuan pertama kan hanya soal administratif tapi bukan pembekuan yang salah atau tidak salah," ungkap dia.
Andi juga menjelaskan jika pembekuan ulang PSSI ini karena sudah sampai pada titik nadir sepakbola Indonesia.
"Kami sempat bertemu Pak Gatot (Kemenpora) tadi di Ancol. Tapi bicara normatif. Katanya kami tidak bisa intervensi secara langsung tetapi mungkin setelah kongres bisa dibicarakan lagi," tukasnya. (mcy/din)











































