Pria asal Desa Tambaksari, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan tersebut meninggal dalam perawatan di Puskesmas Ngempit, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan.
"Sejak Senin, Bapak mengeluh pusing, pandangan mata kabur. Akhirnya dibawa ke Puskesmas, tapi takdir berkata lain," kata Anwar Syafi'i, putra ketiga almarhum, Rabu (28/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepergian Jama'ali bukan hanya menjadi kehilangan keluarga. Seluruh publik sepakbola Pasuruan merasa kehilangan sosok ikonik tersebut.
Begitu kabar meninggalnya "big man" ini beredar, ucapan bela sungkawa dari publik langsung membanjiri laman grup-grup Facebook yang ada di Pasuruan. Grup-grup Whatsapp juga dihujani ungkapan duka cita.
Bukan hanya di media sosial, ungkapan belasungkawa juga ditunjukkan ratusan warga yang hadir dalam pemakaman Jama'ali. Pemakaman tersebut dihadiri para suporter Persekabpas, tokoh masyarakat dan sejumlah ulama terkemuka. Semuanya ingin memberikan penghormatan terakhir pada almarhum.
Sosok Jama'ali sangat dikenal di Pasuruan, terutama suporter Persekabpas. Semasa hidupnya, ia merupakan ikon suporter kesebelasan berjuluk The Lassak tersebut.
![]() |
Jama'ali selalu hadir di Stadion saat Persekabpas bermain. Ia menjadi ikon suporter karena menunjukkan totalitas dalam memberikan semangat pada tim.
Ia selalu mengecat seluruh tubuhnya dengan warna oranye, warna kebesaran Persekabpas. Penampilannya semakin menarik perhatian dengan melengkapi diri dengan pecut dan replika celurit.
Dengan penampilan ikonik tersebut, kehadirannya di stadion menambah semangat para pemain. Semangatnya saat memberikan dukungan tim yang sedang bertanding menular ke ke seluruh suporter.
Kini, sang ikon telah tiada. "Namun dedikasi dan totalitasnya memberikan dukungan pada Persekabpas akan selalu dikenang," ungkap Ahmad, salah satu pentolan suporter Persekabpas.
(mfi/nds)