Edy menyatakan mundur dari ketua umum PSSI pada Kongres PSSI di Nusa Dua, Minggu (20/1). Edy digantikan Jokdri alias Joko Driyono pada saat itu juga sebagai petuga pelaksana ketua umum PSSI.
Disebut-sebut mundurnya Edy dari jabatan PSSI 1 itu telah dirancang pemilik suara alias voters. Sebab, tepat malam sebelumnya, Edy bersikukuh tak akan meninggalkan jabatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya, kami tidak kaget dengan mundurnya Pak Edy karena terkanan dari eksternal luar biasa. Di stadion Edyout, beberapa pertandingan pak Edy tidak hadir di stadion, gesekan dengan media," kata Gatot dalam acara Mata najwa PSSI Bisa Apa? Jilid 3 yang ditayangkan Trans7.
"Seperti lazimnya di politik tidak perlu diganti semua. Kami beri waktu kepada Jokdri agar bekerja dengan baik. Pemerintah tidak akan mendesak KLB," kata Gatot.
"Tapi, ada catatan bagi saya, terus terang saat ditanya oleh media "kalau pucuk pimpinannya turun tapi gerbongnya enggak turun ya sama saja". Artinya, reformasi yang dikehendaki tidak akan terjadi. Gerbong itu exco dan pengurus yang lain," Gatot menjelaskan.
Senada, ketua Asprov Jabar Tommy Apriantono, memilih untuk memberikan waktu kepada Jokdri. Jika dalam beberapa bulan gagal, KLB harus dilaksanakan.
"Kalau kita KLB saat ini maka kurang tepat. Perlu ada KLB tapi waktunya harus tepat. KLB kan membutuhkan persiapan," Tommy.
Sementara itu, anggota PSSI, Madura FC, PS Ngada, dan Persijap Jepara, berharap PSSI menggelar KLB. lebih cepat lebih baik demi perubahan di dalam inetrnal organisasi PSSI.
"Saya merasa PSSI tidak akan maju kalau tidak melibatkan masyarakat, KLB sangat perlu dan mutlak," Manager PS Ngada, Bernard Ferdinand Burah.
"KLB sudah harsu dilaksanakan. Sebagai anggota exco, jangan takut (sembari menunjuk Gusto Randa) tidak selalu harus mengganti semua, jadi masih ada kesempatan bila anggota Exco lama ingin naik lagi. Pak Gusti Randa masih memiliki kesempatan kok kalau memang emrasa mampu untuk menajdi pengurus lagi," CEO Persijap Jepara, Esti Puji Lestari, menimpali.
"Dalam pidatonya itu flat kayak normatif saja, Jadi saya rasa perlu KLB. Padahal, padk Edy mundur salah satunya karena kasus match fixing," ujar Manajer Madura FC, Januar Herwanto, menegaskan.
(fem/mrp)