Persebaya akhirnya bakal menjalani laga 32 besar Piala Indonesia setelah mendapatkan penundaan hingga empat kali. Mereka bertanding paling akhir saat kontestan lain telah terjadwal tampil di babak 16 besar ajang tersebut.
Penyebabnya, tim lawan, Persinga, gagal menjadi tuan rumah leg pertama babak 32 besar yang dijadwalkan pada 30 Januari di Stadion Ketonggo. Persinga tak mendapatkan perizinan dari Polres setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laga sempat terkatung-katung hingga PSSI memutuskan untuk menunda leg pertama dan kedua sekaligus. Penundaan leg pertama dijadwalkan dilaksanakan 30 Januari, kemudian ditunda lagi pada 5 Februari, dan 9 Februari 2019. Leg kedua mengikuti dengan jeda sepekan.
Tapi, dalam prosesnya rencana itu tak terealisasi. Pertandingan antara Persebaya dengan Persinga malah menjadi single match di Stadion Gelora Bung Tomo pada Sabtu (16/2).
"Harus dilihat situasinya, dengan empat kali penundaan ini, artinya yang terbaik untuk pertandinagn ini seperti apa? Setelah Persinga berkomunikasi dengan kami, mereka menawarkan bagaimana jika dilaksanakan satu pertandingan dan disetujui PSSI, maka itu sudah menjadi keputusan federasi," kata Candra Wahyudi, manajer Persebaya, yang dihubungi detikSport, Jumat (15/2).
"Setelah empat kali penundaan, pertandingan harus ada kepastian, ada opsi satu kali pertandingan. Ini opsi yang rasional. Ketika ada pembicaraan awal, ternyata tidak masalah. Soal WO atau tidak, itu bukan ranahnya Persebaya," dia menegaskan.
Dalam regulasi Piala Indonesia dijelaskan pada pasal 8 butir 6 jika klub tuan rumah dari pertandingan tertentu hanya dapat mengajukan permohonan perubahan jadwal pertandingan atas dasar tidak diperolehnya izin pelaksanaan pertandingan dari kepolisian selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari Pertandingan yang telah ditetapkan oleh PSSI, untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan atau penolakan oleh PSSI.