Cara paling sederhana untuk melihat perencanaan jadwal yang tak ideal bisa dilihat dari klasemen Liga 1. Jumlah bertanding klub-klub peserta tak sama.
Kendati telah menghabiskan 17 pekan, baru sepertiga peserta Liga 1 yang menyelesaikan putaran pertama. Tira Persikabo, Persebaya Surabaya, PSS Selaman, Persib Bandung, Bhayangkara FC, dan Barito Putera deretannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukannya tanpa sebab, Juku Eja dan Persija memainkan pertandingan lebih sedikit. Mereka melaju ke babak final Piala Indonesia, PSM yang menjadi juaranya. Mereka keberatan dengan jadwal pendek untuk istirahat, perjalanan, dan berlatih jika harus menjalani pertandningan di Liga 1 dan Piala Presiden di pekan bersamaan.
Salah satu protes paling keras atas jadwal Liga 1 itu diungkapkan oleh Madura United. Manajer Sapeh Kerrap, Haruna Soemitro, menyebut jadwal itu kejar tayang.
"Idealnya pengurus LIB sudah tahu (menyusun) jadwal, tapi rupanya mereka hanya berpikir kejar tayang, khususnya televisi partner dan sponsor. Tetapi, mengabaikan waktu recovery yang cukup bagi pemain," kata Haruna mengritik jadwal Liga 1.
Sebagai gambaran, Madura United harus menjalani sembilan pertandingan dalam tempo satu bulan, mulai 19 Juni hingga 20 Juli. Artinya, Madura United tampil setiap tiga atau empat hari sekali, tak hanya dalam laga kandang, namun juga tandang.
Akibatnya, salah satu pemain Madura United, M Ridho, sampai tumbang. Dia terserang tifus hingga harus menepi sebulan.
Soal jadwal, Liga 1 memang sejak awal menemui kendala. Dengan jumlah peserta 18 tim, setidaknya dibutuhkan waktu 9-10 bulan untuk menjalani satu musim kompetisi. Itu dengan menghitung FIFA matchday.
Tetapi, start Liga 1 2019 terlambat. Jika idealnya kickoff Maret, Liga 1 musim ini baru dimulai 15 Mei dengan menimbang agenda nasional, pemilihan presiden. Itu saja molor satu pekan dari jadwal semula pada 8 Mei. Padahal, finis tak bisa ditawar, yakni 22 Desember sebagai batas akhir pendaftaran ke kompetisi Asia, juga menimbang periode kontrak pemain yang baisanya habis di bulan ke-12 itu.
"Sejak awal, posisinya jadwal tahun ini memang agak berat. Kalau bicara bicara ideal susah," kata Asep Saputra, manajer kompetisi PT LIB, yang dihubungi detikSport.
Belum lagi faktor eksternal yang membuat Liga 1 kian tak mulus. Penghitungan suara membuat beberapa pertandingan Persija Jakarta harus bertukar status tandang kandang. Imbasnya, Macan Kemayoran harus menjalani empat laga tandang secara beruntun; menghadapi Barito Putera, PSIS Semarang, Bali United, dan Persela Lamongan di pekan awal.
Persija sih menerima akibatnya dengan gagal menang dalam empat laga awal. Mereka menuai dua hasil imbang dan dua kekalahan.
Kemudian, pekan raya di Bandar Lampung yang berimbas kepada penundaan jadwal Perseru Badar Lampung dengan Persela Lamongan. Laga yang seharusnya bergulir pada 3 Januari dibatalkan karena keamanan terkonsentrasi pada agenda daerah itu.
Yang terbaru, Persipura melawan Bali United tak bisa digelar karena situasi keamanan di Jayapura.
Masalah jadwal di Liga 1 ini menang sudah menjadi kendala klasik. Cuma di Liga Indonesa ada satu tim menjalani empat pertandingan tandang berurutan.
Selain itu, Liga mundur satu pekan usai lebaran untuk memberikan waktu kepada Timnas yang telah menjalani persiapan ke Kualifikasi Piala Dunia 2022. Dijadwalkan TC saat lebaran, namun Timnas minta waktu lebih panjang karena tak mendapatkan lawan uji coba.
Pekan keempat itu seharusnya digulirkan 14-16 Juni 2019 menjadi mundur jauh dengan diselipkan setelah pekan-pekan berikutnya dimainkan lebih dahulu, yakni pada 27-28 Agustus 2019.
"Secara teknik seluruh pertandingan di pekan keempat itu terlempar ke beberapa pekan berikutnya, sehingga finis tertunda, dari rencana pada 27 Agustus menjadi mundur hingga 1 September," Asep menjelaskan.
(cas/fem)