Eks pemain Eredivisie bersama Vitesse, Roda JC, PEC Zwolle, hingga Willem II itu juga punya pengalaman tak terduga lain di Makassar. Tepatnya di Stadion Andi Mattalatta yang merupakan kandang dari PSM.
Sudah diketahui bersama kalau Stadion Andi Mattalatta adalah salah satu yang terburuk di kancah teratas sepakbola Indonesia. Buktinya PSM tak bisa berkandang di sana dalam ajang Piala AFC dalam dua musim terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak AFC selalu tak meloloskan verifikasi stadion yang juga dikenal dengan sebutan Mattoangin itu. Rumputnya tak terawat, bangunan tribunenya pun sudah dimakan usia.
"Di stadion kami ada rumput (alang-alang) di belakang gawang, kadang rumput itu sangat tinggi. Suatu waktu kami berlatih dan ada orang lompat ke sana, ia memegang sesuatu seukuran anaconda. Kami melihatnya, namun kembali melanjutkan latihan lagi," ucapnya mengingat momen itu.
Tak lupa ia membagikan kekagumannya terhadap sepakbola Indonesia. Ya pastinya tentang hasrat besar para suporter di Tanah Air.
Di tengah ditangguhkannya Shopee Liga 1 akibat pandemi corona seperti sekarang, Pluim mulai merindukan atmosfer sepakbola. Sebenarnya ia punya pengalaman panjang dengan suporter di Belanda, namun rasanya berbeda saat membandingkannya dengan Indonesia.
"Orang Indonesia gila sepakbola, saat tiba di stadion kadang saya berpikir; ini bangunan tua, semua pemain juga mandi di rumahnya masing-masing," ujarnya.
"Tapi ketika (stadion) penuh, 15 ribu orang berkumpul. Mereka bernyanyi, berteriak, berjoget, ada drum, dan kembang api. Itu adalah sebuah pesta besar," ucapnya mengakhiri cerita.
Baca juga: Wiljan Pluim Jalani Pemulihan di Belanda |
(cas/aff)