Pemain asing Tira Persikabo Petteri Pennanen sedikit-banyak sudah mendapatkan gambaran kehidupan di Indonesia khususnya sepakbolanya. Apa katanya?
Pennanen sempat tinggal di Indonesia sekitar tiga bulan sejak pertama kali gabung Tira Persikabo pada pertengahan Januari. Ia memilih pulang kampung awal April ini setelah Shopee Liga 1 2020 ditangguhkan akibat pandemi virus Corona.
Meski baru seumur jagung, Petteri Pennanen sudah mendapatkan impresi tentang orang Indonesia. Setidaknya itu berdasarkan pengamatannya kepada rekan-rekan seprofesinya.
Disebutnya, pemain Indonesia punya dua sifat yang berbeda kala di lapangan dan di luar lapangan. Sikap berbeda 180 derajat akan ditunjukkan mereka di luar sepakbola.
"Saya bingung, pemain-pemain di sini sangat berapi-api (ketika bertanding) dan itu sangat kontras ketika mereka bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari," kata Pennanen, dikutip dari media Finaldia, Yle.
Ini bukan kali pertama buat pemain berusia 29 tahun berkarier di luar negeri. Sebelumnya Pennanen juga pernah berkarier di Belanda bersama FC Twente pada 2009 dan Miedz Legnica di Polandia pada 2017.
"Saya sangat menikmati bermain dan mendapatkan pengalaman dari budaya baru. Meski sebenarnya baru beberapa bulan (di Indonesia), tapi sudah terasa seperti satu tahun. Ada banyak pengalaman baru," ujarnya menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah lazim bahwa suporter Indonesia kerap memberikan kejutan buat pemain-pemain asing yang baru tiba di Tanah Air. Pennanen langsung merasakan hasrat besar suporter pada laga keduanya saat Tira Persikabo dijamu PSS Sleman pada pekan kedua Liga 1.
Pertandingan sebenarnya sepi dari penonton lantaran suporter PSS masih melakukan boikot kepada klub. Ini adalah lanjutan dari serangkaian protes suporter kepada manajemen PSS sejak musim lalu.
Meski begitu, suporter PSS sebenarnya tetap datang tapi tidak masuk ke stadion. Keadaan juga tak kondusif seusai laga karena suporter masih berada di luar stadion.
Kondisi itu membuat pihak pengaman terpaksa mengangkut rombongan Laskar Padjadjaran dengan kendaraan taktis (rantis). Bagi Pennanen, itu adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan dirinya sebagai pemain sepakbola asal Eropa.
"Suporter memboikot pertandingan karena suatu alasan. Namun 'kelompok ultra' suporter PSS (Brigata Curva Sud) memenuhi jalanan setelah laga," tuturnya.
"Kami harus menunggu satu setengah jam untuk bisa keluar dari stadion. Pada akhirnya kami meninggalkan stadion dengan menaiki kendaraan khusus yang disediakan polisi dan juga mendapatkan pengawalan yang cukup ketat," ucapnya.