Timnas Indonesia belum juga memulai latihan dan mengalami penundaan dua kali. Alasannya karena menunggu hasil swab test. Benarkah hasil tes selama itu?
Penundaan ini bisa berakibat macam-macam. Pertama tentu perubahan jadwal latihan, budget pembiayaan, hingga kecurigaan publik.
Dalam rencana awal, seharusnya latihan sudah digelar mulai 25 Juli dan berakhir pada 8 Agustus. Sehari setelahnya, Timnas Indonesia U-19 diboyong ke Korea Selatan untuk menjalani pemusatan latihan lanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan tertundanya latihan di dalam negeri, besar kemungkinan program latihan ke Korea kembali mengalami perubahan. Soal ini, belum ada penjelasan dari PSSI terkait plan B mereka.
Terkait budgeting atau pembiayaan, tentunya mengalami pembengkakan. Apalagi semua pemain ditempatkan di Hotel Fairmont yang menyandang status bintang 5.
Harga kamar termurah yang tertera di berbagai layanan booking online adalah sebesar Rp 2,5 juta semalam. Jika satu kamar diisi oleh dua orang, maka PSSI sudah menghabiskan Rp 1,6 miliar untuk biaya menginap di sana sejak 23 Juli.
Uang sebesar itu diperkirakan sudah digelontorkan PSSI hanya untuk membayar biaya sewa 50 kamar. Total ada 100 orang yang dilibatkan PSSI dalam pemusatan latihan kali ini yang terdiri dari 75 pemain (29 Timnas senior dan 46 Timnas U-19) beserta para staf PSSI dan tim pelatih.
Jumlah 100 orang itu diketahui dari pernyataan Ketua Umum PSSI saat bicara hasil swab test yang lama keluar. "Kami masih menunggu hasil swab test yang dilakukan pada hari Kamis lalu. Hasil swab test tidak bisa cepat karena total yang mengikuti banyak, hampir 100 orang," kata Mochamad Iriawan dalam rilis PSSI.
Belum lagi dengan uang saku para penggawa Timnas. Pada beberapa kesempatan sebelumnya diketahui bahwa uang saku pemain Timnas Indonesia berkisar di angka Rp 500 ribu perhari.
Dengan asumsi pemain Timnas U-19 lebih kecil, misal 50 persen, maka sudah Rp 336 juta yang dikeluarkan PSSI untuk uang saku total 75 pemain. Jika ditotal dengan uang sewa hotel, maka PSSI sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 1,9 miliar.
Dengan besarnya uang yang sudah dikeluarkan selama masa penundaan latihan ini, menjadi paradoks kalau PSSI tak sanggup membayar swab test yang hasilnya bisa keluar cepat. Kecepatan hasil swab test bisa ditentukan dari paket biaya yang diambil.
Nah kecurigaan publik bisa saja timbul karena masalah hasil swab test ini. Apalagi dikabarkan sebelumnya bahwa ada tiga pemain Timnas Indonesia yang dikabarkan reaktif COVID-19.
Pengamat sepakbola nasional Tommy Welly ikut menyuarakan hal ini. Ia berharap PSSI untuk terbuka saja dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Publik begitu antusias terhadap Timnas, publik juga mengikuti perkembangannya bahwa latihan seharusnya sudah mulai tanggal 1 (Agustus). Tapi sampai sekarang belum juga mulai. Artinya tak ada pilihan lain, PSSI sampaikan secara terbuka saja," kata Tommy Welly membuka perbincangan dengan detikSport.
"Mungkin kita harus paham protokol kesehatan dulu ya untuk bicara ini, apakah (swab test) satu kali cukup atau bagaimana. Saat ini yang harus dilakukan terkait tertundanya jadwal ya PSSI harus menyampaikan keterangan kepada publik," ujarnya menambahkan.
"Apakah hasil swab test begitu lama? Hanya keren di fasilitas penginapan saja. Itu kan menjadi paradoks. Jadi, kita lihat perencanaan plan A dan B PSSI saat terjadi situasi seperti ini terlihat masih gagap," katanya lagi.
Dengan besarnya uang yang sudah dikeluarkan, PSSI diminta menjelaskannya ke publik. Apalagi pendanaan pemusatan latihan Timnas Indonesia berasal dari publik, khususnya untuk Timnas U-19.
Sementara PSSI tak pernah memberikan keterangan-keterangan secara mendetail terkait hal ini. Pertanyaan-pertanyaan dari media termasuk detikSport pun tak ditanggapi oleh PSSI.
"Selalu begini, ini yang buruk dari segi komunikasi PSSI ke publik. Sementara dananya kan publik, dana rakyat, APBN. Tapi komunikasi ke publik yang ingin mengetahui perkembangan Timnas itu tidak clear, tidak transparan," tutur pria yang biasa disapa Bung Towel.
"Padahal Timnas ini dibiayai uang negara yang artinya uang rakyat. Tapi rakyat tak bisa tahu ada apa dari latihan yang terlambat ini. Ini hanya menimbulkan kecurigaan dan praduga," ucapnya.
"Ketika kamu sebagai jurnalis meminta dijelaskan tapi tak direspons (PSSI) dan tidak ada penjelasan yang clear. Kalau begini kan kelihatan manajemennya masih gagap," katanya lagi.
(cas/krs)