Epidemiolog Dicky Budiman tak setuju rencana pemerintah yang mau mengizinkan kehadiran penonton sepakbola ke stadion. Langkah itu dinilai akan sangat beresiko.
Presiden RI Joko Widodo kabarnya sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan penonton bisa menyaksikan laga langsung ke stadion saat Liga 1 dan Liga 2 bergulir. Hal itu diungkapkan Menpora Zainudin Amali setelah bertemu presiden di Istana Negara pada Rabu (14/4/2021).
Kata Amali, Jokowi meminta Kemenpora untuk membuat kajian terkait peluang penonton boleh datang ke stadion. Misalnya dengan mempersiapkan protokol kesehatan sedemikian rupa untuk meminimalisir potensi penularan antar-penonton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau (Jokowi) menyampaikan, 'coba deh dikaji.' Kami akan lihat juga percepatan vaksinasi ini. Tentu akan kami hitung betul secara serius," kata Amali saat itu.
Meski baru rencana, kehadiran penonton di ajang olahraga masih sangat beresiko. Menurut Dicky Budiman, sekarang bukan waktunya untuk lengah dan tetap harus waspada untuk mencegah ledakan kasus yang tak diinginkan.
"Dalam situasi yang belum terkendali seperti saat ini baik dalam skala global, regional, maupun nasional, apalagi di level lokal, dengan tren peningkatan kasus global yang meningkat tajam dalam 6-7 pekan terakhir yang mencapai 2 jutaan per-minggu, belum lagi ada peningkatan angka kematian. Indonesia juga berkontribusi tingkat kematian," kata Dicky Budiman membuka perbincangan dengan detikSport.
"Indonesia masuk dalam kategori community transmission oleh WHO, artinya ada kasus infeksi yang nggak bisa terdeteksi. Membuka kehadiran penonton di ajang olahraga sangat beresiko. Kalau tanpa penonton, misalnya cuma pemain dan kru (ofisial), itu relatif bisa dikendalikan dengan penguatan protokol," ujarnya.
"Tetapi kalau bicara penonton, itu sulit dan berbahaya. Aktivitas olahraga yang melibatkan penonton itu belum esensial saat ini. Beda dengan sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat jual makanan, dan pelayanan publik lainnya," katanya lagi.
Jangan mengulang kesalahan Pemerintah India
Dicky Budiman yang merupakan epidemiolog dari Griffith University, Australia, mengingatkan Indonesia agar tak mengulang kesalahan yang dilakukan Pemerintah India. Akhir-akhir ini, India terus mencatat rekor lonjakan kasus COVID-19 harian.
Misalnya pada 18 April lalu yang mencatat penambahan kasus harian di angka 270-an ribu. Jumlah kasus positif di India pun kini mencapai 15 juta orang lebih. Hal itu sekaligus membuat India kini tercatat sebagai negara dengan kasus tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.
Petaka di India ditengarai diawali oleh pengumuman Menteri Kesehatan India Harshvardhan pada awal Maret lalu yang memproklamirkan diri bahwa negaranya sudah menang melawan COVID-19. Penurunan kasus harian yang cuma mencapai 11 ribuan saja sejak pertengahan Februari lalu menjadi alasan Harsh Vardhan saat itu.