Liga 1 Berpeluang Dihadiri Penonton Terbatas, Epidemiolog: Harap Bersabar

Liga 1 Berpeluang Dihadiri Penonton Terbatas, Epidemiolog: Harap Bersabar

Muhammad Robbani - Sepakbola
Rabu, 21 Apr 2021 15:00 WIB
Pertandingan lanjutan Liga 1 antara Persib Bandung vs Bhayangkara FC di Stadion Si Jalak Harupat diwarnai aksi suporter yang masuk ke tengah lapangan. Dia pun langsung diamankan petugas.
Epidemolog ingatkan Pemerintah harap bersabar mengizinkan penonon datang langsung ke stadion di Liga 1 dan Liga 2. (Foto: detikcom/Wisma Putra)
Jakarta -

Epidemiolog Dicky Budiman tak setuju rencana pemerintah yang mau mengizinkan kehadiran penonton sepakbola ke stadion. Langkah itu dinilai akan sangat beresiko.

Presiden RI Joko Widodo kabarnya sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan penonton bisa menyaksikan laga langsung ke stadion saat Liga 1 dan Liga 2 bergulir. Hal itu diungkapkan Menpora Zainudin Amali setelah bertemu presiden di Istana Negara pada Rabu (14/4/2021).

Kata Amali, Jokowi meminta Kemenpora untuk membuat kajian terkait peluang penonton boleh datang ke stadion. Misalnya dengan mempersiapkan protokol kesehatan sedemikian rupa untuk meminimalisir potensi penularan antar-penonton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau (Jokowi) menyampaikan, 'coba deh dikaji.' Kami akan lihat juga percepatan vaksinasi ini. Tentu akan kami hitung betul secara serius," kata Amali saat itu.

Meski baru rencana, kehadiran penonton di ajang olahraga masih sangat beresiko. Menurut Dicky Budiman, sekarang bukan waktunya untuk lengah dan tetap harus waspada untuk mencegah ledakan kasus yang tak diinginkan.

ADVERTISEMENT

"Dalam situasi yang belum terkendali seperti saat ini baik dalam skala global, regional, maupun nasional, apalagi di level lokal, dengan tren peningkatan kasus global yang meningkat tajam dalam 6-7 pekan terakhir yang mencapai 2 jutaan per-minggu, belum lagi ada peningkatan angka kematian. Indonesia juga berkontribusi tingkat kematian," kata Dicky Budiman membuka perbincangan dengan detikSport.

"Indonesia masuk dalam kategori community transmission oleh WHO, artinya ada kasus infeksi yang nggak bisa terdeteksi. Membuka kehadiran penonton di ajang olahraga sangat beresiko. Kalau tanpa penonton, misalnya cuma pemain dan kru (ofisial), itu relatif bisa dikendalikan dengan penguatan protokol," ujarnya.

"Tetapi kalau bicara penonton, itu sulit dan berbahaya. Aktivitas olahraga yang melibatkan penonton itu belum esensial saat ini. Beda dengan sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat jual makanan, dan pelayanan publik lainnya," katanya lagi.

Jangan mengulang kesalahan Pemerintah India

Dicky Budiman yang merupakan epidemiolog dari Griffith University, Australia, mengingatkan Indonesia agar tak mengulang kesalahan yang dilakukan Pemerintah India. Akhir-akhir ini, India terus mencatat rekor lonjakan kasus COVID-19 harian.

Misalnya pada 18 April lalu yang mencatat penambahan kasus harian di angka 270-an ribu. Jumlah kasus positif di India pun kini mencapai 15 juta orang lebih. Hal itu sekaligus membuat India kini tercatat sebagai negara dengan kasus tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.

Petaka di India ditengarai diawali oleh pengumuman Menteri Kesehatan India Harshvardhan pada awal Maret lalu yang memproklamirkan diri bahwa negaranya sudah menang melawan COVID-19. Penurunan kasus harian yang cuma mencapai 11 ribuan saja sejak pertengahan Februari lalu menjadi alasan Harsh Vardhan saat itu.

Jauh sebelumnya atau sejak pertengahan tahun 2020 memang India sudah merasa aman atas situasi pandemi COVID-19. Pelonggaran pun dilakukan di banyak sektor.

Ajang-ajang olahraga termasuk yang mendapat kelonggaran dengan penonton bisa menyaksikan lagi secara langsung. Misalnya kriket, olahraga paling populer India, yang mempertemukan India melawan Inggris pada 12 Maret lalu.

Penyelenggaraan pemilu sampai kehadiran penonton di ajang olahraga, termasuk kriket, menjadi beberapa alasan kasus positif di India kini melambung tinggi. Indonesia jangan sampai mengulang kesalahan India.

"Kita harus belajar dari India. Ketika meremehkan dan lalai, apa yang terjadi di India bisa terjadi di sini. Karena super strain itu terjadi karena ada super spreader event, itu karena mobilisasi banyak manusia, pertandingan olahraga salah satunya," tutur Dicky Budiman.

Jangan tergiur dengan Jepang

Di sisi lain, Jepang adalah salah satu dari sedikit negara yang sudah mengizinkan penonton datang ke stadion, terutama laga sepakbola. Malahan, kebijakan itu sudah diterapkan sejak 2020 dimana dunia sedang panik-paniknya dengan situasi pandemi.

Pertandingan-pertandingan J.League (kompetisi sepakbola Jepang) mulai dari J1 League hingga J2 League ramai dihadiri penonton. Berdasarkan data resmi yang dirilis J.League; J1 League 2020 mencatat kehadiran total sebanyak 1.773.481 penonton.

Data itu menunjukkan bahwa rata-rata kehadiran penonton J1 League 2020 ada di angka 5.769 orang di setiap pertandingan. Kawasaki Frontale, juara J1 League 2020, malah pernah mencatat kehadiran penonton sebanyak 21.117. Jumlah kehadiran penonton yang tak sedikit di tengah wabah COVID-19.

Kebijakan menghadirkan penonton di J.League masih berlaku hingga saat ini. Secara kasat mata jika menyaksikan dari televisi, stadion-stadion di Jepang terisi penonton di kisaran 50 persen penonton dari kapasitas stadion.

"Jepang begitu karena punya kepentingan politis, mereka sedang mengalami gelombang ke-4 dari pandemi ini. Karena kapasitas tesnya nggak memadai, salah satu negara yang nggak bagus responsnya. Mereka terkesan memaksakan karena ada event (Olimpiade) yang ditunda (dari 2020 ke 2021)," tutur Dicky Budiman.

"Tapi ini (Olimpiade) diwacanakan ditunda lagi, karena kapasitasnya tesnya rendah. Bicara vaksinasi, banyak pekerja kesehatan di Jepang belum vaksin. Nah apalagi penduduk secara umum. Pelonggaran di beberapa negara tak mencerminkan itu keputusan terbaik. Juga tak menunjukkan serta merta sudah aman."

"Vaksinasinya bahkan lebih rendah dari Indonesia. Vaksinasi Indonesia itu sudah 6/100 orang. Jepang tuh masih satu (1) koma sekian/100 orang. Mereka program (vaksinasi) ke lansia saja baru mulai. Vaksinasi mereka lambat," ucapnya menutup pernyataan.


Hide Ads