Jauh sebelumnya atau sejak pertengahan tahun 2020 memang India sudah merasa aman atas situasi pandemi COVID-19. Pelonggaran pun dilakukan di banyak sektor.
Ajang-ajang olahraga termasuk yang mendapat kelonggaran dengan penonton bisa menyaksikan lagi secara langsung. Misalnya kriket, olahraga paling populer India, yang mempertemukan India melawan Inggris pada 12 Maret lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyelenggaraan pemilu sampai kehadiran penonton di ajang olahraga, termasuk kriket, menjadi beberapa alasan kasus positif di India kini melambung tinggi. Indonesia jangan sampai mengulang kesalahan India.
"Kita harus belajar dari India. Ketika meremehkan dan lalai, apa yang terjadi di India bisa terjadi di sini. Karena super strain itu terjadi karena ada super spreader event, itu karena mobilisasi banyak manusia, pertandingan olahraga salah satunya," tutur Dicky Budiman.
Jangan tergiur dengan Jepang
Di sisi lain, Jepang adalah salah satu dari sedikit negara yang sudah mengizinkan penonton datang ke stadion, terutama laga sepakbola. Malahan, kebijakan itu sudah diterapkan sejak 2020 dimana dunia sedang panik-paniknya dengan situasi pandemi.
Pertandingan-pertandingan J.League (kompetisi sepakbola Jepang) mulai dari J1 League hingga J2 League ramai dihadiri penonton. Berdasarkan data resmi yang dirilis J.League; J1 League 2020 mencatat kehadiran total sebanyak 1.773.481 penonton.
Data itu menunjukkan bahwa rata-rata kehadiran penonton J1 League 2020 ada di angka 5.769 orang di setiap pertandingan. Kawasaki Frontale, juara J1 League 2020, malah pernah mencatat kehadiran penonton sebanyak 21.117. Jumlah kehadiran penonton yang tak sedikit di tengah wabah COVID-19.
Kebijakan menghadirkan penonton di J.League masih berlaku hingga saat ini. Secara kasat mata jika menyaksikan dari televisi, stadion-stadion di Jepang terisi penonton di kisaran 50 persen penonton dari kapasitas stadion.
"Jepang begitu karena punya kepentingan politis, mereka sedang mengalami gelombang ke-4 dari pandemi ini. Karena kapasitas tesnya nggak memadai, salah satu negara yang nggak bagus responsnya. Mereka terkesan memaksakan karena ada event (Olimpiade) yang ditunda (dari 2020 ke 2021)," tutur Dicky Budiman.
"Tapi ini (Olimpiade) diwacanakan ditunda lagi, karena kapasitasnya tesnya rendah. Bicara vaksinasi, banyak pekerja kesehatan di Jepang belum vaksin. Nah apalagi penduduk secara umum. Pelonggaran di beberapa negara tak mencerminkan itu keputusan terbaik. Juga tak menunjukkan serta merta sudah aman."
"Vaksinasinya bahkan lebih rendah dari Indonesia. Vaksinasi Indonesia itu sudah 6/100 orang. Jepang tuh masih satu (1) koma sekian/100 orang. Mereka program (vaksinasi) ke lansia saja baru mulai. Vaksinasi mereka lambat," ucapnya menutup pernyataan.
(cas/mrp)