Menyebut Nagreg, yang pertama terlintas di benak mungkin sebuah jalur lalu lintas untuk mudik. Tapi sudah tahu belum di sana ada sebuah lapangan sepakbola unik hasil dari mengeruk kaki bukit?
"Tak ada rotan, akar pun jadi". Peribahasa itu rasanya cocok bila disematkan pada usaha pengurus Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Kondisi wilayahnya tak mengubur impian punya lapangan lapangan sepakbola.
Berawal dari tuntutan pemerintah daerah agar desa memiliki inovasi yang dapat dijadikan sebagai ikon, pengurus Desa Nagreg Kendan memutar otak apa yang cocok menjadi ikon desanya. Sebuah ide muncul: bagaimana jika membangun sebuah lapangan sepakbola? Harapannya, lapangan sepakbola ini dapat menjadi ikon bagi desa yang berada di ujung timur Kabupaten Bandung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya itu dari kecamatan minta agar ada inovasi, agar jadi ikon. Akhirnya disetujui, pembangunan lapangan pakai dana desa," ujar pengurus Badan Usaha Milik Desa Nagreg Kendan Muhammad Muttaqin kepada detikcom di tepi lapangan, Rabu (9/6/2021).
Pembangunan pun dimulai pada 2019 lalu. Berawal dari mengeruk kaki bukit yang berada tepat di belakang kantor desa. Memerlukan sekitar dua tahun hingga lapangan beserta tribun itu siap dipakai. Sejak itulah, pengelolaan lapangan diserahkan kepada Bumdes.
![]() |
"Aktif lapang bulan November 2020. Awal tuh pas diresmikan bupati," kata Muttaqin.
Hasilnya, lapangan sepakbola ini memang menghadirkan nuansa tak biasa. Buka apa-apa, sebuah bukit tampak mencolok ketika berada di dalam lapangan. Meski sempat dikeruk, untuk bagian tengah dan puncak bukit memang masih terlihat dipenuhi pepohonan hijau.
Tanaman berakar kuat pun tampak ditanam di tepi tebing lapangan tersebut. Tanaman itu berfungsi agar menghindari pergeseran tanah yang menyebabkan longsor.
"Kabarnya bakal disemprot juga sama polimer, jadi lereng tanahnya bisa menjaga tanah agar tidak longsor," katanya.
![]() |
Lapangan 'Mini Soccer' dengan 'Rumput Luar Negeri'
Muttaqin lebih nyaman menyebut lapangan tersebut sebagai 'mini soccer'. Pasalnya, lapang di kaki bukit itu hanya berukuran 40 x 60 meter. "Ya seadanya, karena enggak mungkin sampai habis (ngeruk bukit)," tutur Muttaqin.
Dari segi lapangan, rumput yang digunakan adalah rumput bermuda atau Cynodon dactylon. Rumput ini disebut mirip seperti yang digunakan pada Stadion Si Jalak Harupat, walaupun di beberapa titik lapangan masih terlihat gundul.
Kemudian, ada sebuah tribun bagi penonton maupun pemain pengganti bersiap. Muttaqin mengatakan, kapasitas podium diperkirakan dapat menampung 300 penonton.
"Kita pakai bibit, rumputnya dari biji, ini pesan dari Bogor. Rumput luar negeri, dikenalnya rumput bermuda, hampir sama kayak Jalak Harupat begitu," ucapnya.
Meski begitu, lapangan bagus diperlukan perawatan yang ekstra. Setiap harinya, kata Muttaqin, setiap sudut lapangan akan disiram. Hal itu menghindari kerusakan pada rumput.
![]() |
Biaya Perawatan Lapangan
Perawatan ini pun bukan tanpa biaya. Maka dari itu, pihak pengelola menetapkan tarif bagi mereka yang akan merumput di lapangan itu.
"Dalam sepekan saja, diperlukan dana sekitar Rp 1 juta buat perawatan. Memang besar tapi bagaimana lagi, agar berkelanjutan," ujarnya.
"Minggu depan juga kita akan tutup. Nanti dua minggu lagi juga bakal hijau lagi bahkan lebih bagus rumputnya kalau satu bulan," lanjutnya.
Selain memberikan fasilitas olahraga kepada warganya, lapangan sepakbola tersebut berpotensi menyumbang pada pendapatan asli desa. "Kalau setahu saya desa enggak ada kalau dari tanah carik yah (PAD), karena wisata gak ada, pabrik juga tidak tahu berapa masuk PAD desanya. Kalau ini kan masuk ke PAD desa dan bisa untuk inovasi lagi," tuturnya.
Bagi yang ingin mencoba mengolah si kulit bundar di mini soccer Desa Nagreg Kendan, tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Untuk hari Senin - Jumat dikenakan biaya Rp 550 ribu per jam, di hari Sabtu sekitar Rp 600 ribu per jam, dan di hari Minggu sekitar Rp 650 ribu per jam.
(krs/nds)