Cerita Dirut PT LIB Sempat Kritis Terpapar COVID-19

Cerita Dirut PT LIB Sempat Kritis Terpapar COVID-19

Muhammad Robbani - Sepakbola
Kamis, 08 Jul 2021 15:43 WIB
Dirut PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita.
Cerita Dirut PT LIB Sempat Kritis Terpapar COVID-19 (detikcom/Muhammad Robbani )
Jakarta -

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita sempat kritis karena terpapar COVID-19. Ia menjalani perawatan selama kurang lebih sepekan.

Tak pernah diduga oleh Lukita kalau ia bakal menjadi salah satu orang yang terpapar virus corona. Dengan gaya hidup disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan, nyatanya COVID-19 tetap menjebol tubuhnya.

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sempat mengabarkan kepada media kalau ia terpapar COVID-19 pada pertengahan Juni lalu. Lengkap dengan foto dirinya saat sedang dirawat di rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam foto itu, terlihat alat bantu pernapasan yang terpasang di wajahnya. Tak heran kalau ia lama tak terlihat dalam berbagai kegiatan PT LIB akhir-akhir ini, termasuk saat pengumuman penundaan Liga 1 dan Liga 2 pada 29 Juni lalu.

Beruntung, masa-masa kritis itu bisa dilewati dan kini kondisinya sudah stabil. Tetapi, ia belum bisa beraktivitas dengan normal dalam waktu dekat.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah, sekarang semakin membaik. Masih ada sedikit kabut di paru kanan bawah. Sekarang lagi terapi nafas, targetnya pekan depan sudah beraktivitas lagi," kata Lukita kepada detikSport.

"Kapok saya, varian baru ini memang cepat sekali menularnya," ujarnya.

Secara khusus, Akhmad Hadian Lukita juga menceritakan kisahnya yang nyaris dipanggil Illahi dalam masa-masa awal terpapar COVID-19. Dengan pengalaman itu, ia sadar betul bahwa COVID-19 adalah virus yang sangat berbahaya, sebagaimana tulisannya yang dimuat di laman PT LIB.

"Saya mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit swasta di Bandung. Sehari lamanya masuk ruang HCU/ICU. Beruntung, langsung ditangani paramedis. Jika tidak, entah apa yang terjadi. Terima kasih, ya Allah," tulis Lukita.

"Di sela-sela menjalani perawatan dari rumah, pikiran saya terbuka. Merasakan langsung kepedihan yang dialami pasien COVID-19, bukan cuma paham lewat berita," lanjut tulisannya.

"Saya yang mendapatkan kamar dan pelayanan yang layak, begitu cemas. Beragam tanda tanya dengan mudah mengemuka. Sama halnya dengan keluarga dan orang-orang dekat. Lantas, bagaimana dengan pasien-pasien ini?"

"Di titik ini, pengalaman terpapar COVID-19 plus melihat dan mengalami secara langsung apa yang terjadi di sekeliling, saya merasa mendapatkan pelajaran penting dari Allah SWT; saya dianugerahi kesempatan hidup yang kedua. Alhamdulillah."

Karena pengalaman itu pula ia setuju dengan penundaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2. Baginya, hal terpenting saat ini adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan banyak orang.

Apalagi, kasus harian COVID-19 akhir-akhir ini sedang tinggi-tingginya. Pada, Rabu (7/7), misalnya yang mencapai 34 ribu penambahan kasus positif baru di Indonesia.

Dari informasi yang berkembang, para pelaku sepakbola Indonesia, termasuk pemain hingga staf pelatih saat ini juga banyak yang sedang terpapar COVID-19. Karena hal itu juga yang disinyalir menjadi alasan PSSI dan PT LIB menunda gelaran sepakbola.

"Pekan lalu, diumumkan bahwa kompetisi Liga 1 dan Liga 2 ditunda. Akan digelar lagi usai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dicabut. Bisa digelar akhir Juli atau Agustus 2021 nanti. Tergantung perkembangan kondisi dan juga komunikasi kami dengan semua pihak," tulis Lukita.

"Saya sangat mendukung keputusan tersebut. Bukan melulu karena saya tidak terlibat banyak di balik keputusan penundaan itu. Bukan pula lantaran saya sembuh kemudian kompetisi baru berputar. Bukan, sekali lagi, bukan alasan itu. Namun, semua karena pertimbangan kemanusiaan. Anjuran pemerintah itu benar. Saat ini, pandemi COVID-19 sangat tinggi. Terutama di Jawa dan Bali."

(aff/krs)

Hide Ads